Bogor – Bank Indonesia (BI) menegaskan, ada empat tantangan utama yang harus disikapi oleh generasi muda bangsa Indonesia guna menjawab perubahan zaman yang begitu cepat.
Kepala Departemen Komunikasi BI Agusman menyampaikan tantangan pertama adalah menguatnya peran emerging market, termasuk Indonesia sebagai episentrum dari aktivitas dan dinamika dunia. Hal ini sejalan masih tingginya laju pertumbuhan ekonomi negara berkembang.
Dengan laju pertumbuhan ekonomi yang terjaga, kata dia, kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) negara berkembang seperti Indonesia diproyeksikan akan mencapai 50 persen dari porsi Produk Domestik Bruto (PDB) dunia pada 2050.
“Dampaknya, pelaku usaha dunia akan memfokuskan bisnisnya ke pada negaranegara yang tergolong emerging markets. Dengan kondisi tersebut, apakah Indonesia akan menjadi pemain utama atau hanya sekedar penonton,” ujar Agusman seperti keterangannya, di Jakarta, Sabtu, 9 Desember 2017.
Untuk mendorong generasi muda dalam menghadapi perkembangan yang zaman yang begitu cepat, BI menggelar Leadership Camp Generasi Baru Indonesia (GenBI) 2017 yang merupakan program tahunan BI dalam pengembangan wawasan, pengalaman, dan motivasi kepemimpinan bagi GenBI. Sementara itu, GenBI adalah wadah komunitas bagi mahasiswa penerima beasiswa dari BI.
Agusman menambahkan tantangan kedua adalah kehadiran teknologi yang semakin mendominasi kehidupan kita, baik dari sisi skala, cakupan, serta dampak yang ditimbulkannya. Teknologi di satu sisi dipandang dapat mendorong layanan yang lebih transparan pula dan efisien di mata konsumen.
Namun, jelas dia, di saat yang sama keberadaan teknologi juga membawa risiko disrupsi yang tidak kecil. Dengan bantuan sistem otomasi, kecerdasan buatan, maupun konsep internet of things dalam dua tahun ke depan, diperkirakan akan ada 5 juta pekerjaan yang hilang akibat munculnya inovasi di bidang teknologi.
“Oleh karena itu, jangan heran jika dalam waktu dekat, saingan terdekat kita bukan lagi tenaga kerja lulusan universitas ternama, melainkan keberadaan teknologi terapan termutakhir,” ucapnya.
Selanjutnya, tantangan ketiga yang juga harus menjadi perhatian utama, lanjut dia, adalah perubahan komposisi demografi penduduk dunia. Perubahan yang kemudian berimbas pada produktivitas maupun dinamika dunia.
Contoh ekstrimnya, komisi PBB untuk Statistik Ekonomi Eropa mengungkap bahwa di tahun 2050 jumlah penduduk di negara Austria hanya sebanyak 8 juta jiwa. Hal itu tidak jauh berbeda dengan jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Selatan saat ini.
“Fenomena ini yang selanjutnya memperkecil ketersediaan tenaga kerja sehingga mendorong pelemahan produktivitas sekaligus perilaku konsumsi negara Eropa,” paparnya.
Sedangkan tantangan terakhir, adalah fenomena kehadiran generasi milenial. Generasi muda yang senantiasa penuh dengan ide-ide segar, namun disaat yang sama juga haus akan pengakuan. “Generasi milenial memiliki memiliki selera, nilai-nilai, serta gelora yang berbeda dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan yang berbeda dalam penangannya,” tambahnya.
Dia mengatakan, Indonesia membutuhkan generasi muda yang unggul guna menjawab tantangan-tantangan tersebut. Dimana, generasi muda dianggap mampu mengisi pembangunan yang memiliki semangat nasionalisme tinggi yang akan memperjuangkan kepentingan bangsa.
Selain itu, generasi penerus bangsa juga harus memiliki semangat untuk berpikir secara kreatif dan berinovasi, agar gagasan segar dapat senantiasa lahir dan bertumbuh. “Saya juga berharap agar Generasi Baru Indonesia tidak menjadi generasi instan yang mengagungkan raihan materi dan kekuasaan semata,” pesannya.
Selama 2017, penerima beasiswa BI mencapai 3.290 mahasiswa yang berasal dari 89 Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Sementara penerima beasiswa BI sejak wadah komunitas GenBI berdiri pada 2011 mencapai 18.565 orang. Leadership Camp GenBI 2017 dihadiri oleh 440 mahasiswa yang berasal dari 88 PTN. Leadership Camp telah tiga kali dilaksanakan sejak 2015. (*)