Jakarta–Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (DGS-BI) Mirza Adityaswara menilai wajar jika mata uang China, Yuan menjadi mata uang global kelima dalam keranjang mata uang patokan yang diusulkan International Monetary Fund (IMF).
Meski menurutnya untuk mencapai tahap itu dibutuhkan tahapan panjang. Pasalnya, ekonomi China merupakan terbesar yang kedua di dunia. Jika Renminbi menjadi mata uang global menurutnya ada peluang Indonesia menyimpan cadangan devisa. Apalagi China merupakan negara mitra dagang utama Indonesia.
Meskipun demikian untuk bisa menggunakan Yuan atau renminbi sebagai cadangan devisa masih dibutuhkan waktu panjang.
“Kita lihat sebagai suatu fase, kalau Renmimbi atau Yuan mau dipergunakan dunia sebagai alat investasi, perdagangan, utang masih memerlukan tahapan-tahapan yang panjang, ngaruhnya masih lama,” sambungnya.
Mirza menambahkan,Renminbi harus melalui berbagai penyesuaian, salah satunya perubahan kurs rate dari fix rate menjadi floating rate. Kondisi ini membuat penetapan Yuan jadi mata uang dunia membutuhkan tahapan yang panjang.
“Agar bisa dipakai sebagai cadangan devisa itu harus available dulu di dunia. Kursnya harus diubah dulu ke floating dari fix rate. Makanya China lagi buka pelan-pelan sesuai fundamentalnya agar seperti Yen dan Dolar,” tukasnya.
Seperti yang diketahui, pejabat Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) sudah mengusulkan mata uang China, Yuan sebagai mata uang global kelima atau masuk kedalam currency basket. Usulan ini masih akan dibahas pada tingkat rapat IMF selanjutnya. (*) Ria Martati