BI Luncurkan Buku KSK Edisi Maret 2019

BI Luncurkan Buku KSK Edisi Maret 2019

Jakarta – Bank Indonesia (BI) meluncurkan buku kajian stabilitas keuangan (KSK) No. 32 Edisi Maret 2019 yang mengusung tema “Penguatan Intermediasi di tengah Ketidakpastian Ekonomi Global” di Kompleks Perkantoran BI Jakarta.

Gubernur BI Perry Warjiyo menilai, di tengah ketidakpastian global, stabilitas sistem keuangan (SSK) sepanjang 2018 hingga saat ini dapat terjaga berkat formulasi kebijakan moneter yang diarahkan guna menjaga stabilitas sementara kebijakan lainnya diarahkan lebih akomodatif dalam mendorong permintaan domestik, termasuk kebijakan makroprudensial.

“Bagaimana jamu pahit berupa kenaikan suku bunga kebijakan di sisi moneter tidak berdampak pada kenaikan suku bunga kredit perbankan karena Bank Indonesa memberikan jamu manis di sisi kebijakan makroprudensial” demikian disampaikan Perry Warjiyo, saat meluncurkan buku di Jakarta, Jumat 3 Mei 2019

Dalam edisi kali ini terdapat 3 aspek penyempurnaan dibandingkan dengan buku KSK edisi sebelumnya yaitu berupa : 1) penguatan analisis makro financial linkage berupa hubungan sektor keuangan domestik dengan kondisi makro global dan domestik, 2) pengayaan dimensi analisis melalui penggabungan analisis time series (prosiklikalitas) dengan cross section (keterkaitan antar elemen dalam sektor keuangan); 3) penekanan pada penyajian analitikal dibandingkan dengan pemaparan perkembangan sistem keuangan.

Lebih lanjut, Gubernur Bank Indonesia menyampaikan bahwa konsistensi implementasi kebijakan makroprudensial akomodatif yang didukung oleh koordinasi dan kerjasama yang erat dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dan otoritas terkait lainnya menunjukkan hasil positif dimana intermediasi terus tumbuh membaik, permodalan bank tinggi dan risiko likuiditas terjaga dengan baik, serta indeks SSK tetap terjaga dalam zona aman.

Sepanjang semester II 2018, Bank Indonesia memperkuat kebijakan makroprudensial akomodatif dengan melakukan pelonggaran kembali Rasio Loan to Value/Financiang to Value (LTV/FTV) untuk Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) berupa pelonggaran besran rasio LTV/FTV utk fasilitas kredit pertama, pelonggaran fasilitas inden, & pelonggaran termin pembayaran.

Selain itu, BI juga melakukan penyempurnaan ketentuan GWM LFR menjadi Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) untuk mendorong intermediasi perbankan.

Perry menambahkan, pihaknya juga melaksanakan Implementasi instrumen Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) untuk meningkatkan fleksibilitas pengelolaan likuiditas oleh perbankan serta mempertahankan besaran CCB pada level 0% serta secara konsisten senantiasa berupaya mengembangkan UMKM.

Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan SSK Indonesia akan tetap terjaga. Pertumbuhan kredit dan DPK perbankan diperkirakan dalam kisaran 10-12% (yoy) dan 8-10% (yoy). Siklus keuangan yang telah menunjukkan arah ekspansi, diperkirakan akan terus menguat. Kinerja korporasi non-keuangan juga terjaga dan terus melanjutkan ekspansi. Optimisme tersebut didukung oleh kebijakan Bank Indonesia untuk melanjutkan kebijakan makroprudensial akomodatif. Bank Indonesia akan tetap berkomitmen untuk melakukan penguatan intermediasi yang didukung dengan permodalan dan likuiditas yang memadai. Selain evaluasi kebijakan rasio LTV/FTV secara berkala akan dievaluasi, kebijakan RIM juga akan terus ditinjau ulang untuk mendorong intermediasi yang bersifat wholesale.

Ketentuan PLM akan terus dipantau, dan CCB juga akan terus dioptimalkan. Penguatan surveilans terhadap bank-bank besar dan korporasi akan terus dilakukan, termasuk penguatan pemantauan risiko di luar perbankan. Pemanfaatan data National and Regional Balance Sheet (NBS/RBS) akan terus dioptimalkan. (*)

Related Posts

News Update

Top News