Jakarta – Bank Indonesia (BI) menilai, tren penurunan tingkat suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate menjadi 4,25 persen, menjadi salah satu pendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan rekor tertingginya pada penutupan perdagangan saham akhir 2017.
Sebagai informasi, pada penutupan perdagangan saham akhir tahun ini (29/12) IHSG tercatat ditutup menguat sebesar 0,66 persen atau meningkat hingga 41,61 poin ke level 6.355,65, dengan volume perdagangan yang mencapai 26,07 miliar saham senilai Rp28,37 triliun.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, kondisi pasar saham yang menunjukkan tren positif ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap Indonesia yang sangat tinggi. Laju IHSG yang positif ini diharapkan akan memberikan dampak positif ke perekonomian RI.
“Bursa saham ditutup 6.355. Coba kita bandingkan diawal tahun IHSG ada di 5.290, jadi naik 1.000 bps. Jadi saya melihat ini adalah confident terhadap Indonesia,” ujar Agus Marto di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat, 29 Desember 2017.
Dia mengungkapkan, bahwa indeks pasar modal belakangan ini terus menunjukkan perbaikan. Kondisi ini juga ditopang oleh stabilitas ekonomi makro dan stabilitas sistem keuangan Indonesia yang juga menunjukkan perbaikan, sehingga hal ini turut memberikan sentimen positif.
“Suku bunga acuan turun pasti ada pengaruhnya, yang paling utama adalah stabilitas ekonomi makro kita baik, stabilitas sistem keuangan kita juga baik, dan investor melihat bahwa prospek Indonesia di 2018 lebih baik, oleh karena itu pasar modal semakin meningkat,” ucapnya.
Sejak BI memperkenalkan skema acuan bunga dari BI Rate menjadi BI 7day Reverse Repo Rate pada Agustus 2016, maka hingga saat ini tingka suku bunga acuan BI sudah menurun sebesar 100 basis poin (bps). Tetapi, kalau sejak Januari 2016 sampai sekarang, sudah turun sebanyak 200 bps.
Sebelumnya Agus Marto juga mengatakan, tren penurunan tingkat suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate menjadi 4,25 persen juga menjadi salah satu pemicu pertumbuhan pembiayaan dari pasar modal yang mencapai Rp276,5 triliun.
“Kami menyambut baik pertumbuhan pembiayaan dari pasar modal melalui penerbitan saham, obligasi atau medium term notes (MTN) yang sampai November 2017 sudah diterbitkan Rp276,5 triliun,” kata Agus Marto
Menurut Agus Marto, pertumbuhan pembiayaan dari pasar modal tersebut setara dengan 24 persen (year-on-year). “Ini sejalan dengan policy rate yang semakin turun dan kesempatan pembiayaan dari pasar modal, seperti obligasi dan MTN kelihatan semarak,” paparnya. (*)