Jakarta – Bank Indonesia (BI) menilai, di tengah gejolak perekomian global yang sedang terjadi, telah memicu adanya tren kenaikan suku bunga antar bank sentral di dunia. Kondisi ini juga dikhawatirkan akan memicu perang suku bunga (monetary policy war) antar bank sentral di pasar global.
Kepala Grup Hubungan Internasional BI Wahyu Pratomo di Jakarta, Senin, 12 November 2018 mengatakan, kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) telah memicu bank sentral di negara lain ikut menaikkan suku bunganya sebagai bentuk respon dalam memberikan daya tarik di pasar keuangan.
Dia mengungkapkan, jika bank sentral di negara lain tidak merespon kenaikan suku bunga The Fed, maka akan menimbulkan tekanan pasar keuangan di negara tersebut. Hal ini sejalan dengan imbal hasil di negeri Paman Sam tersebut lebih menarik dibanding dengan imbal hasil di negara lain.
“Jika tidak diimbangi bank sentral lain maka akan menjadi tertekan. Maka, mau tak mau bank sentral lain ikut naikan suku bunganya, ini salah satu alasan agar daya tarik pasar keuangan juga teteap terjaga,” ujarnya.
BI pun salah satu bank sentral yang menerapkan tren itu. Di mana sejak Mei 2018 hingga September 2018, BI telah menaikkan suku bunganya sebanyak 150 bps menjadi 5,75 persen, sebagai langkah menjaga daya tarik pasar keuangan domestik sehingga dapat memperkuat ketahanan eksternal Indonesia.
Tidak hanya negara berkembang seperti Indonesia saja yang menaikkan suku bunga acuannya, negara maju lainnya juga akan ikut menaikkan suku bunganya, seperti Kanada dan Swedia yang diprediksi akan dilakukan pada akhir tahun 2018.
Di sisi lain, pemicu terjadinya tendency monetary policy war antar Bank Sentral di dunia ini yakni adanya ketidakpastian global yang begitu tinggi. Pada umumnya, investor akan mencari safe haven currency atau mata uang yang aman ketika ketidakpastian di pasar uang meningkat.
Asal tahu saja, mata uang dolar AS merupakan mata uang yang paling aman karena mata uang Negeri Paman Sam tersebut merupakan reserve currency di dunia. Di mana, sekitar 60 persen cadangan devisa negara-negara di dunia disimpan dalam bentuk dolar AS. (*)