Jakarta – Bank Indonesia (BI) meyakini, penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih akan berlanjut dalam ke depannya, meski pada perdagangan hari ini (16/1) rupiah menunjukkan pelemahan terhadap mata uang Paman Sam.
Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu, 16 Januari 2019. Menurutnya, kembalinya modal asing ke domestik akan mendorong rupiah lebih stabil.
Asal tahu saja nilai tukar rupiah di pasar spot hari ini dibuka melemah 40 poin atau 0,28 persen di level Rp14.130 per dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebelumnya masih mampu ditutup menguat 35 poin atau 0,25 persen ke level Rp14.090 per dolar AS pada perdagangan Selasa (15/1).
“Kembalinya modal asing ke domestik akan mendorong rupiah stabil. Tahun lalu (2018) deresiasi rupiah dikisaran 5,8 persen di level Rp14,100 per dolar AS,” ujar Perry.
Dia mengungkapkan, lebih stabilnya nilai tukar rupiah untuk ke depannya akan ditopang oleh beberapa faktor. Selain arus modal asing yang kembali masuk ke domestik, perkiraan kenaikan suku bunga AS (Fed Fund Rate) yang lebih rendah juga akan menjadi sentimen positif rupiah.
Baca juga: Ekonomi Eropa Melemah, Dolar AS Bakal Perkasa Terhadap Rupiah
“Defisit transaski berjalan (CAD) yang lebih rendah, dan pasar valas dalam negeri yang makin berkembang, spot swap dan berlakunya DNDF akan senakin mendukung stabilitas nilai tukar,” ucapnya.
Terlebih, lanjut dia, cadangan devisa yang mengalami peningkatan USD3,5 miliar menjadi USD120,7 miliar pada akhir Desember 2018, menunjukkan bahwa kondisi nilai tukar sudah mulai stabil. Meski, pada bulan September dan Oktober cadangan devisa mengalami penurunan.
“Cadangan devisa di bulan ke-9 dan 10 memang turun, tapi naik lagi di bulan lalu. Cadangan devisa USD120,7 miliar ini setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Cadangan devisa kami jauh lebih dari mencukupi,” tutupnya. (*)