Jakarta – Bank Indonesia (BI) menilai, hingga menjelang akhir tahun 2020 ketahanan sistem keuangan masih tetap kuat, meskipun risiko meluasnya dampak Covid-19 terhadap stabilitas sistem keuangan terus dicermati.
“Di sisi lain, transaksi Sistem Pembayaran, baik tunai maupun nontunai menunjukkan peningkatan sejalan perbaikan ekonomi, disertai percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono melalui keterangan resminya di Jakarta, Senin 21 Desember 2020.
Erwin menambahkan, sejalan dengan kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif, BI memandang kondisi likuiditas tetap longgar dan mendorong penurunan suku bunga.
Kinerja perekonomian global hingga menjelang akhir tahun juga terus menunjukkan perbaikan. BI menilai, perbaikan ekonomi dunia didorong oleh peningkatan mobilitas dan dampak stimulus kebijakan yang berlanjut di berbagai negara, terutama Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.
Tak hanya itu, perkembangan sejumlah indikator dini pada bulan November 2020 juga mengonfirmasi perbaikan ekonomi global yang terus berlangsung. “Kecepatan perbaikan ekonomi global ke depan dipengaruhi oleh implementasi vaksinasi, peningkatan mobilitas, dan berlanjutnya stimulus kebijakan fiskal dan moneter,” ujar Erwin.
Menurutnya, ketidakpastian pasar keuangan global diprakirakan juga akan menurun yang didorong oleh ekspektasi positif terhadap prospek perekonomian global seiring dengan ketersediaan vaksin.
Sementara itu, ekonomi domestik dinilai akan terus membaik secara bertahap dan akan meningkat pada tahun 2021. Perkembangan tersebut terindikasi pada berlanjutnya kinerja positif sejumlah indikator di November 2020, seperti peningkatan mobilitas masyarakat di beberapa daerah, berlanjutnya perbaikan PMI Manufaktur, menguatnya keyakinan serta ekspektasi konsumen terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, dan kegiatan usaha.
Erwin menambahkan, ke depannya vaksinasi dan disiplin dalam penerapan protokol covid-19 merupakan kondisi prasyarat bagi proses pemulihan ekonomi nasional. Dengan kondisi tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan mulai positif pada triwulan IV 2020 dan pada kisaran -1% hingga -2% pada 2020, serta selanjutnya meningkat pada kisaran 4,8-5,8% pada 2021.
Erwin juga menyebut stabilitas makroekonomi masih tetap terjaga. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diprakirakan tetap baik sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal. Nilai tukar Rupiah terjaga didukung langkah-langkah stabilisasi Bank Indonesia dan berlanjutnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik. Sementara itu, inflasi tetap rendah seiring permintaan yang belum kuat dan pasokan yang memadai.
Ke depannya BI akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas terkait. Menurutnya, seluruh instrumen kebijakan BI akan diarahkan untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional, dengan tetap menjaga terkendalinya inflasi dan memelihara stabilitas nilai tukar Rupiah, serta mendukung stabilitas sistem keuangan.
Koordinasi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus diperkuat untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
“Fokus koordinasi kebijakan diarahkan pada mengatasi permasalahan sisi permintaan dan penawaran dalam penyaluran kredit/pembiayaan dari perbankan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan ekonomi dalam rangka pemulihan ekonomi nasional,” tutup Erwin. (*)
Editor: Rezkiana Np