BI Jaga Inflasi Pangan 4-5% di 2017

BI Jaga Inflasi Pangan 4-5% di 2017

Semarang – Bank Indonesia (BI) terus mewaspadai sejumlah ancaman komponen inflasi, terutama inflasi yang berasal dari komoditas pangan (volatile food). Komponen volatile food perlu dikendalikan agar laju inflasi 2017 dapat terjaga dalam target BI.

Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Dody Budi Waluyo, di Semarang, Kamis, 30 Maret 2017. Menurutnya, inflasi pangan perlu dijaga pada kisaran 4-5%.

“Target inflasi volatile food 4-5% tahun ini. Bagaimana meyakini harga pangan tidak naik tajam tahun ini. Kalau harga pangan naik akan ada multiplier effectnya,” ujar Dody.

Dia mengungkapkan, sejauh ini secara rata-rata inflasi volatile food selalu berada diatas inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK). Di mana sampai dengan akhir 2016 lalu, inflasi volatile food tercatat 5,92% (yoy) atau diatas inflasi IHK yang tercatat 3,02%.

Bahkan, kata dia, komponen inflasi volatile food pernah menyentuh angka double digit pada 2013 dan 2014. BI mencatat, di tahun 2013 inflasi volatile food mencapai 11,83% dan pada 2014 menyentuh angka 10,88%. Namun, pada 2015 turun drastis menjadi 4,84%.

“Masalah inflasi masih menjadi risiko di tahun ini. Risiko-risiko itu akan tetap ada di depan kita. Inflasi volatile food selalu diatas inflasi IHK, dan rata-rata diatas 5%. Tapi memang satu dua kali inflasi volatile food pernah dibawah 5%,” ucapnya.

Kendati demikian, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi IHK pada Februari 2017 mencapai 3,83% (yoy) dengan inflasi volatile food yang sebesar 4,46% (yoy) atau lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi volatile food pada Februari 2016 yang tercatat 7,87% (yoy).

Rendahnya inflasi volatile food di bulan Februari 2017 ini didorong oleh penurunan harga daging dan telur ayam ras yang terjadi seiring dengan melimpahnya panen jagung pakan ternak pada bulan ini. Namun masih tertahan oleh kenaikan harga cabai rawit dan bawang merah akibat adanya peningkatan intensitas curah hujan dan terjadinya banjir di beberapa wilayah sentra produksi. (*)

Related Posts

News Update

Top News