Jakarta – Bank Indonesia (BI) melihat adanya peningkatan jumlah investor ritel yang mencapai 9 juta investor dengan didominasi oleh kaum milenial dan mayoritas berada di Pulau Jawa. Namun, dari sisi pemerintah untuk instrumen yang bisa menjadi pilihan bagi investor masih relatif terbatas.
Direktur Departemen Pengembangan Pasar Keuangan Bank Indonesia (BI), Rahmatullah Sjamsudin menjelaskan, bahwa bentuk instrumen pilihan di pasar modal masih terbatas. Sehingga dari sisi instrumen pemerintah yang bisa masuk ke dalam investor ritel, antara lain Obligasi Ritel Indonesia (ORI), Savings Bond Ritel (SBR), suku tabungan, dan lainnya.
“Ini yang mungkin kembali saya ulang lagi akan tetapi pilihan bagi investor ini sekarang ini relatively sangat terbatas. Jadi pertama tentunya tadi dari sisi istrumen pemerintah yang untuk bisa masuk ke ritel dalam bentuk ORI, kemudian SBR, kemudian suku tabungan dan lain-lain,” ujar Rahmatullah dalam Securitization Summit 2022 Jumat, 8 Juli 2022.
Sehingga, jika nantinya instrumen bagi investor ritel berkembang dengan berbagai variasi akan sangat menarik dan juga akan diminati oleh para investor.
“Kalau dari sisi demand rasanya mungkin gak ada keraguan dalam hal ini investor ritel kita. Lihat saja DPK di perbankan kita tumbuh 9,9% sampai tahun ini ytd, kemudian jumlah DPK yang ada dan kita lihat juga sebenarnya DPK itu mungkin gelisah juga karena kalau suku bunga perbankan sekarang masih mungkin nettnya sekitar dapat deposito itu 2% sementara kalau mereka lari ke pasar modal, tadi saving bond ritel saja nnettnya sekitar 5,5% sebelum pajak ya tapi pajaknya juga kecil, nah itu yang menyebabkan kalau ada produk-produk serupa dengan variasi katakanlah bunga yang floating tentunya akan sangat diminati investor,” tambah dia.
Baca juga : Investor Ritel Melonjak Beri Dampak Besar Pasar Keuangan Indonesia
Melihat perkembangan tersebut, BI mendukung agar investor ritel tetap tumbuh dengan melakukan beberapa inisiatif yang sejalan dengan Blueprint Pengembangan Pasar Uang (BPPU) 2025 dalam mengembangkan, mendorong ketahanan, serta membuat pasar keuangan menjadi lebih resilient.
Beberapa diantaranya adalah mengadakan LIKE IT atau Literasi Keuangan Indonesia Terdepan yang diberikan khusus kepada investor ritel. Kemudian, melakukan berbagai assesmen terhadap investor ritel dan perkembangan pembayaran ritel, serta assesmen pengembangan instrument pasar uang untuk meningkatkan partisipasi investor ritel.
Terakhir, adanya pengembangan sistem pembayaran ritel BI-FAST untuk mendukung efisiensi investasi oleh investor ritel dengan memiliki keuntungan diantaranya real time, melayani berbagai instrument dan kanal pembayaran yang dilengkapi dengan fitur fraud detection dan AML, serta menggunakan proxy address sebagai alternative nomor rekening.
Keempat hal tersebut nantinya akan sangat mendukung ketahanan dari pasar keuangan, serta turut mendorong pemulihan ekonomi. (*) Khoirifa