Kondisi fundamental ekonomi saat ini dinilai Bank Indonesia jauh lebih baik dari 1998. Ria Martati
Jakarta–Bank Indonesia (BI) menegaskan Indonesia tidak menuju krisis. Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo mengatakan, saat ini indonesia memiliki fundamental ekonomi yang baik.
Berbeda dengan saat krisis 1998 lalu dimana pertumbuhan ekonomi sampai minus 13-17%, saat ini pertumbuhan ekonomi mencapai 4,7%. Sedangkan inflasi tahun ini diperkirakan di kisaran 4,5% dan suku bunga acuan 7,5% jauh ketika saat krisis yang inflasi mencapai 77% dan suku bunga acuan BI rate mencapai 57%.
Ketika 1998 cadangan devisa cuma USD21 miliar, sekarang telah mencapai USD107 miliar. Indonesia juga memiliki bilateral currency swap agreement dengan negara lain misalnya Cina USD20 miliar, dan dengan Jepang USD22 miliar.
Memang saat ini terjadi pelemahan nilai tukar Rupiah hingga Rp14.100 per USD sudah undervalue dan overshoot. Namun pelemahan nilai tukar Rupiah diklaim masih lebih baik dibanding negara berkembang lain. Sementara perubahan kurs saat 1998 mencapai 600%, kondisi perbankan di 1997-1998 juga tak sekuat saat ini.
“Perbankan 1997-1998 kondisi modal negatif sampai harus ada rekapatilasi, Sekarang NPL 2,5%, di 1998 jadi 50% dari total kredit di 1998 statusnya macet,” kata Agus di Jakarta 26 Agustus 2015.
Sementara defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit) tahun ini diperkirakan terus turun, dan dirahapkan di bawah 2,5%.
“Sistem pengendalian inflasi dulu gak ada, sekarang kita punya tim 349 daerah. Bahkan 4 jam kemarin Presiden pimpin rapat koordiansi nasional TPID agar jangan sampai harga barang naik. Dulu kalau kita punya kebijakan fiskal kita bisa defisit seperti Jepang Eropa sampai 6%, sekarang kita tidak diperkenankan untuk defisit di atas 3%,” kata dia. (*)
@ria_martati