Jakarta – Bank Indonesia (BI) menyebut, stabilitas ekonomi Indonesia masih terjaga dan jauh dari ambang resesi seperti berbagai negara di belahan dunia.
Hal tersebut seperti disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo saat menghadiri konfrensi pers hasil RDG periode September. Menurutnya, Indonesia masih mampu menjaga pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5%.
“Resesi itu jika suatu negara growth negative berturut-turut pada 2 triwulan,” tegas Perry di Kompleks Perkantoran BI Jakarta, Kamis 19 September 2019.
Selain itu, berlanjutnya ketegangan hubungan dagang AS dan Tiongkok diikuti risiko geopolitik terus menekan perekonomian dunia dan membuat ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi.
Kenaikan tarif dagang oleh AS dan Tiongkok yang terus berlangsung makin menurunkan volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia. Perekonomian AS tumbuh melambat akibat penurunan ekspor dan investasi nonresidensial.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Eropa, Jepang, Tiongkok dan India juga berlanjut, dipengaruhi penurunan ekspor dan kemudian berdampak pada penurunan permintaan domestik.
“Ketegangan perdagangan dunia antara AS dan Tiongkok dan geopolitik lain mendorong kami untuk revisi ke bawah asumsi pertumbuhan ekonomi dunia. Kita perkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun ini 3,2% dan pada tahun depan 3,3%,” tambah Perry.
Oleh karena itu, guna mengantisipasi kondisi tersebut, BI juga telah melonggarkan kebijakan moneternya dengan kembali menurunkan bunga acuan 7days reverse repo rate sebesar 25 basis poin (bps) sehingga menjadi 5,25%. (*)
Editor: Rezkiana Np