Jakarta — Bank Indonesia (BI) memandang, terjadinya defisit pada neraca perdagangan Indonesia pada bulan November lalu lebih dipengaruhi oleh kondisi global yang kurang kondusif.
Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI). Perry menilai, defisitnya neraca perdagangan juga karena menurunnya kinerja ekspor.
“Defisit neraca perdagangan tercatat US$2,05 miliar dipengaruhi penurunan kinerja ekspor akibat pertumbuhan ekonomi dunia yang melandai dan harga komoditas ekspor Indonesia yang menurun,” kata Perry di Kompleks BI Jakarta, Kamis 20 Desember 2018.
Sementara itu, Perry menyebutkan, angka impor juga mulai menurun sejalan dengan kebijakan pengendalian yang ditempuh, meskipun masih tumbuh tinggi guna memenuhi kebutuhan kegiatan produktif yakni untuk investasi.
Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah guna memperkuat ketahanan sektor eksternal, termasuk neraca perdagangan sehingga defisit transaksi berjalan dapat menurun pada 2019 dengan prakiraan kisaran 2,5% dari PDB.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada November 2018 kembali mengalami defisit sebesar US$2,05 miliar, dengan nilai ekspor dan impor Indonesia yang tercatat masing-masing sebesar US$14,83 miliar dan US$16,88 miliar.
Sebelumnya, Neraca Perdagangan sempat surplus sebesar US$227 juta pada September 2018, namun kembali mengalami defisit di bulan Oktober yang mencapai US$1,82 miliar. Neraca perdagangan juga pernah surplus di bulan Maret sebesar US$1,12 miliar dan di Juni surplus US$1,74 miliar. (*)