Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve akan mulai naik di tahun 2022. Hal tersebut terjadi lantaran, The Fed belum akan menghentikan pembelian US Treasury atau tapering off di tahun ini.
“Tahun depan kita akan mempersiapkan juga kemungkinan-kemungkinan bahwa bank sentral AS, Fed, akan mulai mengubah kebijakan moneternya, mulai mengurangi pembelian intervensi di likuiditasnya, bahkan mulai juga pengetatan, bahkan juga kemungkinan kenaikan suku bunga di sana,” ujar Perry dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Senin 31 Mei 2021.
Oleh karena itu, Perry menegaskan, BI akan tetap melakukan berbagai langkah antisipasi terkait kebijakan yang akan dilakukan bank sentral AS tersebut. Menurutnya, hal ini juga nantinya akan mempengaruhi pasar keuangan domestik, termasuk imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) dan nilai tukar rupiah.
“Di tahun depan kita melihat memastikan ekonomi kita, terutama kebijakan moneter tetap terbaik,” tegas Perry.
Sementara itu, dari dalam negeri sendiri Perry memastikan, BI akan mempertahankan suku bunga tetap rendah hingga terdapat indikasi awal perbaikan inflasi. Menurutnya, hal ini kemungkinan akan terjadi di awal tahun depan. Dimana diketahui, BI menargetkan Inflasi akan berada pada kisaran 3% plus minus 1% atau 2% hingga 4%.
“Kebijakan suku bunga rendah akan kami pertahankan sampai terdapat indikasi awal perbaikan inflasi yang kemungkinan baru akan terjadi di awal-awal tahun depan,” pungkas Perry. (*)
Editor: Rezkiana Np