Tim Investigasi Independen BGN telah mendatangi dua unit dapur MBG yang bertanggung jawab dalam pendistribusian, yakni SPPG Cisarua Jambudipa 1 dan SPPG Cisarua Pasirlangu
Jakarta - Badan Gizi Nasional (BGN) kembali menghentikan operasional dua dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) di Cisarua, Bandung Barat.
Langkah tegas itu diambil setelah BGN menurunkan Tim Investigasi Independen bersama Kedeputian Pemantauan dan Pengawasan (Tauwas) untuk menindaklanjuti Kejadian Luar Biasa (KLB) insiden keamanan pangan yang menimpa siswa SMP Negeri 1 Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pada Selasa lalu.
Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang mengatakan, BGN bergerak cepat menangani korban dan menelusuri sumber kejadian.
"Kami sangat menyesalkan insiden ini. Kami telah mengirim tim investigasi untuk memastikan penyebabnya dan memastikan seluruh penerima manfaat mendapatkan penanganan yang layak," kata Nanik, di Jakarta, Jumat, 17 Oktober 2025.
BGN pun berkomitmen untuk memperkuat pengawasan keamanan pangan dalam setiap tahap pelaksanaan MBG, mulai dari pengadaan bahan, proses pengolahan, hingga distribusi makanan.
"Program MBG adalah bentuk tanggung jawab negara untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak Indonesia. Karena itu, aspek keamanan pangan tidak bisa ditawar, dan harus menjadi prioritas utama," tegasnya.
Baca: KLB Keracunan MBG di Bandung Barat, Komisi IX DPR Minta Evaluasi Menyeluruh
Menurut Nanik, BGN akan terus memperkuat pembinaan dan pengawasan teknis di seluruh satuan layanan MBG.
"Kami pastikan standar kebersihan dan keamanan pangan diterapkan secara ketat agar kejadian serupa tidak terulang," ujarnya.
Tim Investigasi Independen BGN telah mendatangi dua unit dapur MBG yang bertanggung jawab atas pendistribusian makanan, yakni SPPG Cisarua Jambudipa 1 dan SPPG Cisarua Pasirlangu. Keduanya berada di bawah naungan Yayasan Tarbiyatul Qur’an Cisarua (TARBIQU), pada Kamis, 16 Oktober 2025.
Ketua Tim Investigasi Karimah Muhammad memaparkan, pada 14 Oktober 2025 sebanyak 115 siswa SMP Negeri 1 Cisarua mengalami gejala pusing, mual, dan muntah setelah mengonsumsi menu MBG dari SPPG Cisarua Jambudipa 1.
Hari itu, menu yang disajikan terdiri atas ayam black pepper, tahu goreng, tumis wortel brokoli, dan buah melon.
Keesokan harinya, 15 Oktober 2025, tujuh siswa dilaporkan mengalami gejala serupa. Tiga di antaranya merupakan penerima MBG dari SPPG Cisarua Jambudipa 1, sementara empat siswa lainnya menerima makanan dari SPPG Cisarua Pasirlangu yang menyajikan menu ayam yakiniku, edamame, tempura jamur tiram, dan semangka.
Baca juga: Serapan Lambat, Kemenkeu Awasi Ketat Penggunaan Anggaran BGN-Kementan
Hingga Rabu, 15 Oktober 2024 pukul 23.41 WIB, jumlah siswa terdampak insiden keamanan pangan di Cisarua, Bandung Barat, mencapai 502 orang.
Sebanyak 452 siswa telah dipulangkan dan menjalani rawat jalan, sementara 50 siswa lainnya dirawat inap. Pada Kamis, 16 Oktober 2025, jumlah pasien rawat inap berkurang menjadi 6 orang di RSUD Lembang.
Namun, berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Bandung Barat, pada Jumat, 17 Oktober 2025, tiga siswa yang sebelumnya telah dipulangkan kembali dirawat di RS Dustira.
“Jadi hari ini masih ada 9 orang yang dirawat inap,” kata Raniah Salsabila, anggota Tim Investigasi Independen BGN.
Tim Investigasi menduga adanya kemungkinan kontaminasi silang dari bahan pangan yang sama. Selain itu, ditemukan keterlambatan penghentian distribusi dari SPPG Cisarua Jambudipa 1 meski laporan KLB telah diterima pukul 10.00 WIB.
Namun, penyebab pasti insiden ini masih menunggu hasil uji laboratorium dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) setempat.
"KLB terjadi berselang 1 hari, menandakan kemungkinan kontaminasi bahan baku terutama daging ayam atau bahan olahan yang sama. Higienitas dapur dan lingkungan yang kurang baik juga jadi kemungkinan penyebab," kata Karimah.
"Sementara keputusan penghentian distribusi SPPG Cisarua Jambudipa 1 yang terlambat setelah laporan KLB jam 10 pagi dari SMPN 1 Cisarua, menambah risiko," sambungnya.
Baca juga: Dana MBG Rp70 Triliun Dikembalikan ke Prabowo, Ini Penjelasan Purbaya
Tim juga menemukan bahwa kedua dapur belum sepenuhnya memenuhi standar higienitas dan keamanan pangan, mulai dari aspek infrastruktur hingga peralatan memasak.
Fakta lain menunjukkan, lokasi SPPG Cisarua Pasirlangu berdekatan dengan kebun warga dan ditemukan banyak lalat di area dapur. Selain itu, kedua SPPG masih menggunakan air baku dari PDAM untuk mencuci bahan makanan dan memasak.
Atas berbagai temuan di lapangan, BGN memutuskan menghentikan operasi kedua SPPG tersebut.
SPPG Cisarua Jambudipa 1 dan Pasirlangu diminta segera memperbaiki infrastruktur dapur, memenuhi standar higienitas dan sanitasi, serta memperbaiki manajemen distribusi.
Keduanya juga diwajibkan mengantongi Sertifikasi Laik Higiene Sanitasi (SLHS) sebelum beroperasi kembali. (*)
Editor: Yulian Saputra
Page: 1 2
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More