Bogor – Gilang Permana sangat antusias ketika diajak berbincang soal budidaya ikan hias. Pria 37 tahun ini adalah Ketua Kelompok Viece Key Tropical Fish (VKTF), perkumpulan pembudidaya ikan hias di Desa Cibadung, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Viece Key Tropical Fish adalah satu dari 13 kelompok masyarakat pembudidaya ikan di Desa Cibadung.
“Sekarang saya fokus menciptakan bibit, lalu regenerasi sumber daya manusia (SDM) yang berpotensi melanjutkan proses pembenihan ikan hias,” ujar Gilang Permana membuka perbincangan dengan Infobank di rumah sekaligus tempat usahanya di Jalan Bulak Saga, Desa Cibadung, akhir pekan lalu.
Soalnya, ia melanjutkan, tren sekarang orang cenderung mengambil simple. Beli bibit, pembesaran, lalu panen dan dijual. Sementara teknik-teknik untuk pembibitan itu kan membutuhkan skill khusus, butuh orang yang tekun dan rajin.
Gilang memulai budidaya ikan hias sejak 2009. Namun kelompok VKTF baru terbentuk pada 2018 dengan andil Dinas Perikanan dan Perternakan Kabupaten Bogor. Awalnya kelompok ini beranggotakan 15 orang. Ada yang fokus budidaya ikan hias dan ikan konsumsi. Setiap tahun, anggota kelompok bertambah. Sekarang kelompok yang dipimpin Gilang beranggotakan 10 orang, dan fokus pada budidaya ikan hias.
Baca juga: BRI Optimistis Bisnis Remitansi Tumbuh 25 Persen Selama Ramadan dan Lebaran 2024
Para anggota kelompok ini mempunyai tugas masing-masing. Ada yang produksi benih atau bibit, melakukan pembesaran, dan memasarkan. Selain meminimalkan persaingan antaranggota, pembagian tugas ini bertujuan memangkas siklus dari pemijahan (proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan sperma oleh induk jantan melalui proses perkawinan) hingga panen.
Dengan pembagian tugas itu, proses penjualan hasil budidaya berdasarkan tahapan masing-masing juga bisa lebih cepat. Pada akhirnya, cashflow anggota pun bisa lebih teratur.
“Kalau dari pemijahan sampai panen kan butuh waktu 3-4 bulan. Ada yang 6 bulan juga, tergantung jenis ikannya. Jadi kita bikin beberapa tahap, supaya tidak terlalu lama siklus perputarannya,” terang Gilang.
Saat ini, Gilang fokus melakukan produksi benih berbagai jenis ikan. Mulai dari bermacam jenis ikan koki, termasuk blue polar, white polar dan parrot. Dalam satu minggu, ia bisa 2-3 kali mengirim bibit ikan ke pembeli, termasuk agen-agen eksportir. Jumlah bibit yang dikirim pun beragam, bisa mencapai ribuan ekor sekali pengiriman.
Selain memasok bibit, Gilang juga mengirim ikan hias hasil budidayanya ke eskportir-eksportir melalui agen. Untuk tujuan ekspor, tentu spefisikasinya lebih ketat dan harus sesuai standar yang diminta.
Soal harga jual, untuk bibit jenis koki dan polar per ekornya berkisar Rp300-Rp500. Sedangkan untuk ikan jenis parrot dihargai Rp5.000.
Di samping itu, VKTF juga kerap menjadi tempat diskusi para penggiat budidaya ikan hias. Tempat ini juga menjadi lokasi Praktik Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa jurusan perikanan. Sebut saja Sekolah Tinggi Perikanan, Universitas Pancasila, dan Universitas Terbuka.
Ilman Faturochman, S.Pi, analis Akuakultur Dinas Perikanan dan Perternakan Kabupaten Bogor mengatakan, Desa Cibadung merupakan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Bogor. Mengacu data 2022, jumlah produksi ikan hias di desa ini sebanyak 762.000 ekor per tahun. Dengan harga rata-rata ikan hias Rp1.500 per ekor, maka nilai ekonominya mencapai Rp 1,15 miliar.
“Selama ini Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor selalu melibatkan pelaku usaha perikanan khususnya pembudidaya ikan hias dalam event-event bazar dan pameran,” tuturnya.
Terbantu KUR BRI
Keberhasilan Gilang meningkatan skala bisnis dan kapasitas produksi tidak lepas dari ekspansi yang dilakukannya pada 2022 lalu. Ketika itu, ia mengajukan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) ke BRI Unit Prumpung sebesar Rp100 juta untuk membeli lahan. Penambahan lahan dimaksudkan untuk memperbanyak kolam.
“KUR sangat membantu bagi pembudidaya ikan seperti kami. Apalagi kemarin bunganya turun, disubsidi. Jadi benar-benar membantu,” ungkap Gilang. Associate Mantri BRI Unit Prumpung Durachim mengatakan, klaster ikan hias pimpinan Gilang ini sebelumnya pernah mendapat pembiayaan lewat program corporate social responsibility (CSR) salah satu badan usaha milik negara (BUMN) tambang. Setelahnya mereka mengakses KUR di BRI Unit Prumpung.
“Alhamdulillah selama ini (cicilan kreditnya) lancar,” ujar Durachim saat ditemui Infobank di kantornya, Rabu, 13 Maret 2024.
Sebagai mantri yang berhubungan langsung dengan nasabah UMKM, Durachim selalu berupaya memberikan edukasi agar pembayaran angsuran tetap lancar. Jika nasabah sedang mengalami kendala, biasanya diajak berdiskusi hingga dilakukan restrukturisasi.
Baca juga: BRI Cari Ide Baru Dorong Kapasitas Mesin Perekonomian RI
“Kalau ada nasabah yang menunggak, saya selalu bilang tolong dibereskan. Pertama, ini soal nama baik. Jangan sampai mereka masuk daftar hitam sehingga akan sulit mendapatkan kembali kredit,” kata Durachim.
Di wilayah kerja BRI Unit Prumpung, ia melanjutkan, banyak nasabah KUR yang merupakan pelaku UMKM di bidang perternakan, seperti ternak ayam atau bebek, kembang hias, dan ternak atau tambak ikan konsumsi, khususnya lele.
“Kalau perdagangan seperti toko sembako kan mayoritas di setiap daerah ada. Tapi yang mencirikan kekhasan suatu daerah itu tadi, perternakan ayam, bebek dan tambak lele banyak di sini,” pungkasnya. (*) Ari Astriawan