Berkat Hal Ini, DBS Yakin Kinerja Pasar Saham RI Positif

Berkat Hal Ini, DBS Yakin Kinerja Pasar Saham RI Positif

Jakarta – Bank DBS Indonesia melalui Equities Specialist DBS Group Research, Maynard Arif menyatakan bahwa kinerja saham Indonesia bakal bergerak positif di tahun ini. Optimisme tersebut dilandaskan pada beberapa faktor, seperti kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed, hingga pengaruh Pemilu 2024.

“Untuk tahun 2024, dengan asumsi dasar The Fed akan menurunkan suku bunga dan dari sisi pertumbuhan ekonomi global, kita asumsinya adalah soft landing. Kita melihat tahun 2024 ini cukup positif buat pasar saham di Indonesia,” ujar Maynard pada acara group interview bertajuk “Mengkaji Kebijakan BI, Pasokan Obligasi, dan Prospek Perekonomian Indonesia di Kuartal Pertama 2024 bersama DBS Group Research” di Jakarta, Rabu, 7 Februari 2024.

“Dari sisi suku bunga terutama ketika siklusnya berada dalam suku bunga yang rendah atau pelonggaran suku bunga, maka biasanya performa dari IHSG kita cukup positif. Ini yang kita lihat dari tahun 2009 sampai 2022,” tambahnya.

Ia mencontohkan bagaimana pada tahun 2014 ketika The Fed melakukan pemangkasan suku bunga, yang kemudian terjadi lagi pada tahun 2017, di mana hal itu membawa dampak positif untuk negara-negara emerging market seperti Indonesia. Hal serupa, ia jelaskan, bukan hanya terjadi terhadap pasar saham, namun juga nilai tukar rupiah. Kinerja nilai tukar rupiah cenderung positif ketika suku bunga di AS mengalami penurunan.

Baca juga: Mengukur Efek Pemilu 2024 Terhadap Pasar Modal RI, Positif atau Negatif? 

Di samping itu, Maynard terangkan bahwa kondisi kinerja ekonomi Indonesia yang selama ini terbilang positif dan stabil memiliki daya tarik tersendiri terhadap para investor. Kalau dilihat dari sisi makro, pertumbuhan ekonomi global diprediksi melambat di bawah 3 persen. Ekonomi ASbakal turun ke 1 persen lebih, dan begitu pula dengan beberapa negara di Asia seperti Tiongkok yang tak luput dari perlambatan pertumbuhan ekonomi.

“Kita lihat bahwa ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh sekitar 5 persen. Dan kalau dibandingkan dengan negara-negara ASEAN pun, kita masih salah satu yang lumayan baik. Jadi, ini yang membuat kita juga melihat bahwa selama ekonomi Indonesia masih bisa bertumbuh sekitar 5 persen dan pendapatan dari emiten yang bisa dijaga di dua digit maka market kita masih cukup menarik dibandingkan market di regional,” jelas Maynard.

Di satu sisi, terkait aliran dana investasi dari luar negeri atau foreign flow, ia katakan jika kebijakan penurunan suku bunga The Fed akan menarik minat para investor luar negeri untuk menempatkan dananya di pasar saham domestik.

Ia mencontohkan, pada semester kedua 2023, terlebih pada kuartal IV, ada gelombang fund flow atau aliran dana dari investor luar negeri yang masuk ke Indonesia karena dipengaruhi ekspektasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga di bulan Maret 2024.

Namun begitu, masih ada satu faktor lagi yang menurutnya cukup membantu untuk menarik minat investor luar ke Indonesia yakni Tiongkok. Ia katakan, pada semester kedua terutama di kuartal IV 2023, banyak investor keluar dari pasar Tiongkok, yang mana hal itu membantu pertumbuhan nilai pasar ekuitas Tanah Air pada akhir tahun lalu.

Baca juga: Pasar Sekunder 2024 Siap Digelar, Ini Manfaat yang Didapat Investor

“Nah, di awal tahun ini, aliran dananya balik lagi ke pasar Tiongkok, jadi ini yang menyebabkan di awal 2024 untuk saham nilai dana dari investornya agak menurun dibandingkan pada bulan Desember. Yang penting menurut kita adalah bagaimana kita bisa menjaga pemilu tetap lancar dan pertumbuhan ekonomi tetap terjaga agar potensi fund flow ini bisa kembali lagi,” tambah Maynard.

Pihaknya sendiri memproyeksikan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mencapai nilai 7.990 (base) di tahun ini. Sementara posisi tertinggi atau bullish diprediksi berada di level 8.400, dan posisi terendah atau bearish berada di level 6.600 sampai 6.700.

Sedangkan untuk sektor-sektor yang diproyeksikan bakal memiliki kinerja saham yang menjulang, antara lain perbankan, e-commerce, healthcare, consumer, telekomunikasi, nikel, serta properti. (*) Steven Widjaja

Related Posts

News Update

Top News