Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka pada zona hijau ke level 6.378,82 dari posisi 6.372,61 atau menguat 1,06 persen pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (20/3).
Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan IHSG hari ini, sebanyak 325,59 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 15 ribu kali, serta total nilai transaksi mencapai Rp394,89 miliar.
Kemudian, tercatat terdapat 58 saham terkoreksi, sebanyak 200 saham menguat dan sebanyak 209 saham tetap tidak berubah.
Baca juga: OJK Terbitkan Aturan Baru, Saham-saham Bank Ini Bisa Langsung Buyback Tanpa RUPS
Sebelumnya, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, melihat IHSG secara teknikal pada hari ini diprediksi bergerak variatif dalam rentang level 6.250 hingga 6.560.
“Pada perdagangan kemarin, Rabu (19/3) IHSG ditutup naik 1,42 persen atau plus 88,27 poin ke level 6.311. IHSG hari ini (20/3) diprediksi bergerak mixed dalam range 6.250-6.560,” ucap Ratih dalam risetnya di Jakarta, 20 Maret 2025.
Ratih menjelaskan, IHSG mengalami rebound meskipun investor asing melanjutkan outflow di pasar ekuitas domestik yang telah terakumulasi sebesar Rp30 triliun sejak awal tahun.
“Pelaku pasar mencermati ketidakpastian kondisi ekonomi domestik akibat depresiasi nilai tukar rupiah dan turunnya pendapatan fiskal,” imbuhnya.
Kondisi rupiah terus tertekan meskipun DXY mengalami penurunan sejak akhir Januari 2025, di mana Rupiah JISDOR terdepresiasi 1,8 persen ke level Rp16.528 per dolar AS. Jika dibandingkan dengan wilayah ASEAN, seperti Singapura, Thailand, Filipina, dan Malaysia, kondisi rupiah yang paling tertekan terhadap USD.
Baca juga: Krisis Pasar Saham 2025: Solusi untuk Memulihkan Kepercayaan dan Stabilitas Ekonomi
Adapun dari mancanegara, Wall Street rebound setelah The Fed kembali mempertahankan suku bunga di level 4,25-4,5 persen, level tersebut tetap sama dalam tiga pertemuan beruntun. Hal itu bertujuan mengantisipasi lonjakan inflasi akibat ketidakpastian kebijakan Presiden Trump.
Langkah ini juga mempertimbangkan angka inflasi yang masih di atas target meskipun kondisi ekonomi AS berpotensi resesi. Bursa di kawasan Asia Pasifik bergerak terbatas menjelang keputusan suku bunga tenor pendek dan menengah dari PBOC. (*)
Editor: Galih Pratama