News Update

Beralihnya Pengawasan Bank ke BI karena OJK Kurang Independen

Jakarta – Wacana akan dikembalikannya pengawasan perbankan di Indonesia dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kepada Bank Indonesia (BI) oleh Badan Legeslasi (Baleg)  DPR menuai kritik dari berbagai pihak.

Guru Besar Ilmu Ekonomi UNDIP Fx Sugiyanto mengatakan, munculnya wacana tersebut karena pengawasan bank yang masih lemah. Sebab beberapa orang menganggap OJK yang memegang fungsi pengawasan kurang independen.

“Jadi kejadian belakangan ini baik itu di industri keuangan di perasuransian indikasi bahwa sikap OJK kurang tegas menjadi pemicu mengapa pasal ini muncul,” ujarnya dalam diskusi virtual, Kamis 1 Oktober 2020.

Oleh karena itu, yang saat ini perlu dilakukan adalah memperkuat independensi dari OJK. Sehingga pengawasan di sektor perbankan yang dilakukan oleh perbankan di Indonesia bisa lebih baik lagi.

“Poin yang mau saya sampaikan bahwa, di dalam OJK sendiri, perlu independensi yang lebih kuat agar OJK mempunyai kemampuan untuk mengawasi lembaga-lembaga keuangan khususnya perbankan secara independen,” jelasnya.

Tak hanya itu, menurutnya yang harus diketahui adalah apa penyebab dari OJK yang kurang independen dalam menjalankan fungsi pengawasannya. Menurutnya, munculnya isu tersebut dikarenakan pendanaan operasional OJK yang berasal dari lembaga-lembaga keuangan lainnya.

“Karena indikasi-indikasi dan fakta-fakta kita bisa mengatakan bahwa janga-jangan ini tidak independen. Apa sebabnya? Nah isu muncul apakah sebabnya ini pendanaan OJK itu iuran dari lembaga-lembaga keuangan yang ada ini jadi pertanyaan pertanyaan,” jelasnya.

Sebagai informasi, dalam dokumen draf RUU BI yang diterima infobanknews.com (18/9), Baleg Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mencatat pasal terkait rencana pengalihan kewenangan pengawasan bank disebutkan dalam perubahan pasal 34. Di ayat 1 berbunyi tugas mengawasi bank yang selama ini dilaksanakan oleh OJK dialihkan kepada BI.

“Pengalihan tugas mengawasi Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan selambat- lambatnya pada tanggal 31 Desember 2023,” dikutip dari draf RUU BI yang diterima di Jakarta.

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani juga mengungkapkan rencana Pemerintah untuk menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Reformasi Keuangan masih dalam kajian. Menurutnya, Perppu tersebut diharapkan dapat lebih menguatkan kerangka stabilitas sistem keuangan.

Sri Mulyani bahkan menyampaikan, salahsatu poin kajian penguatan tersebut ialah menggabungkan pengawasan perbankan dan moneter dalam satu atap. Bisa jadi, Pemerintah bakal memindahkan pengawasan perbankan dari OJK ke BI. (*)

Editor: Rezkiana Np

Suheriadi

Recent Posts

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

7 hours ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

7 hours ago

Peluncuran Reksa Dana Indeks ESGQ45 IDX KEHATI

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More

9 hours ago

Pacu Bisnis, Bank Mandiri Bidik Transaksi di Ajang GATF 2024

Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More

9 hours ago

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

10 hours ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

11 hours ago