Jakarta – Belakangan marak investor ritel dan pemula dipasar modal viral di
media sosial yang mengeluh sahamnya anjlok sangat dalam. Parahnya, uang yang dibelikan saham menggunakan uang hasil pinjaman online atau utang.
Hal ini tidak dibenarkan dalam sebuah invetasi. Karena prinsip investasi merupakan jangka panjang dan menggunakan uang menganggur atau uang yang penggunaannya tidak dipakai dalam waktu dekat.
Bursa Efek Indonesia (BEI) sendiri menganggap hal ini tidak baik. Otoritas pun sering mengingatkan bahwa investasi saham selain bisa memberi keuntungan juga mengandung unsur resiko kerugian. Sehingga tidak disarankan membeli saham menggunakan uang dari pinjaman.
“Kami melihat hal ini sebagai fenomena yang tidak baik dan kami selalu mengingatkan kepada masyarakat, para investor, bahwa berinvestasi saham, selain berpotensi memberikan keuntungan yang baik, juga mengandung risiko kerugian. Sehingga kami mengingatkan untuk tidak menggunakan dana yang bersumber dari pinjaman/utang, atau dana yang diperlukan untuk kebutuhan sehari hari, atau dana untuk kebutuhan darurat, atau dana kebutuhan jangka pendek lainnya. Jadi hendaknya para investor jangan terlalu percaya diri dan berorientasi pada mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya dalam jangka pendek, secara instan,” kata Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi beberapa waktu lalu.
Iapun menghimbau Investor jangan hanya melihat dari sisi keuntungannya semata-mata, tapi juga hendaknya menghitung dan mengelola risiko dalam berinvestasi.
Menurutnya, jika investor menggunakan sumber dana dari utang, akan semakin meningkatkan risiko investasi, karena adanya keterbatasan waktu yang relatif pendek untuk segera mengembalikan dana pinjamannya dengan tingkat bunga tertentu.
“Hal ini tentunya juga akan semakin membatasi pilihan dan strategi investasinya dan juga dapat mempengaruhi aspek psikologis para ivestor,” jelasnya.
Hal serupa juga disampaikan Analis Investa Saran Mandiri, Hans Kwee. Ia mengatakan, investor ada baiknya punya tujuan keuangan dan tujuan investasi bukan ikut-ikutan.
Investor dinilainya harus bisa memahami investasi saham, mulai dari risiko investasi dan profil produk.
“Dan sebaiknya menggunakan dana lebih atau menanggur. Bukan uang kebutuhan pokok, uang cadangan mendesak, atau digunakan dalam waktu dekat. Selain itu bukan uang pinjaman. Investor harus mencari informasi dan belajar lakukan investasi untuk jangka Panjang,” terang Hans Kwee kepada Infobank, Rabu, 3 Febuari 2021.
Seperti diketahui, pandemi covid-19 telah berpengaruh terhadap ekonomi dunia termasuk Indonesia. Hal tersebutpun merembet ke pasar modal. Banyak saham di pasar modal tumbang, seiring kekhawatiran investor akan kondisi ekonomi kedepan. Tidak heran, jika banyak investor mengalami kerugian investasi di saham saat ini.
Namun perlu dingat, prinsip investasi bukanlah jangka pendek, melainkan jangka panjang. Sehingga tidak perlu khawatir saham sedang dalam kondisi turun, asalkan uang yang digunakan bukan uang pinjaman atau uang yang diperlukan jangka pendek. Apalagi jika saham perusahaan yang dimiliki punya kondisi fundamental baik atau perusahaan besar, bukan tidak mungkin kedepan, harga sahamnya akan kembali seperti semula.
Di pasar modal sendiri sebenarnya banyak saham perusahaan yang tergolong bagus dan harga sahamnya sudah sangat murah.
Salah satu contohnya saham PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance). Saham TUGU sampai dengan 3 Febuari 2021 berada di level Rp1.610. Dan jika dilihat secara history saham TUGU saat IPO di harga Rp3.850 per saham. Artinya, peluang investasi jangka panjang terbuka lebar.
Disisi lain, ditengah dampak resesi ekonomi, pelemahan aktivitas bisnis, dan kondisi pasar modal yang tidak kondusif, Tugu Insurance masih mampu mencatatkan Laba Bersih Tahun Berjalan sebesar Rp235.1 miliar hingga akhir September 2020.
Perolehan kinerja positif di tengah krisis global akibat pandemi Covid – 19 diantaranya berkat kerja keras Emiten Anak Perusahaan BUMN PT Pertamina (Persero) yang berkode saham TUGU ini dalam mempertahankan renewal bisnis dengan loss rasio yang baik dan melakukan efisiensi beban usaha secara lebih optimal.
Tips Investasi
Hans Kwee sendiri memberikan tips investasi di pasar modal, agar investor tidak terjebak dalam kerugian.
Pertama dalam membeli saham perusahaan, investor harus bisa melihat usaha perusahaan tersebut seperti apa, bagaimana laporan keuangannya dan gimana potensi kedepannya.
Setelah itu, Investor juga perlu melihat manajemen perusahaan, trek rekornya seperti apa.
Investor juga perlu memhami fundamental perusahaan, aspek kualitatif seperti management, pemilik, dan sejarah perusahaan.
“Selain itu investor harus tau valuasi atau nilai vs harga saham di pasar Investasi jangka Panjang,” terang Hans Kwee. (*)
.