Moneter dan Fiskal

Belanja Pemerintah Loyo, Kemenkeu Ungkap Penyebabnya

Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengungkapkan penyebab pertumbuhan belanja pemerintah di kuartal II 2024 lebih rendah dibandingkan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi pemerintah tercatat hanya tumbuh sebesar 1,42 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II 2024. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 2023 dan 2022 masing-masing sebesar 5,22 persen dan 5,52 persen.

Baca juga: Ekonomi Melambat, Airlangga Minta Genjot Belanja Pemerintah di Kuartal III 2024

Febrio menjelaskan hal itu disebabkan oleh belanja pemerintah yang berbeda tahun ini, yakni jadwal pembayaran THR dan gaji ke-13 Aparatur Sipil Negara (ASN/PNS) yang disalurkan pada kuartal I 2024.

Sehingga, kata Febrio, pertumbuhan belanja pemerintah sangat tinggi pada kuartal I 2024 karena basis pertumbuhan pada kuartal I 2023 lebih rendah.

“Nah, sebaliknya untuk 2024, untuk kuartal II, itu memang terlihat lebih rendah dibandingkan kuartal II tahun lalu. Kenapa? Jawabannya adalah memang jadwal belanjanya waktu itu berbeda dengan tahun ini,” kata Febrio kepada awal media di Kantor Kemenkeu, Selasa, 6 Agustus 2024.

Febrio menyebut bahwa pada tahun 2023 gaji ke-13 dan THR dikucurkan pada kuartal  II, sementara tahun ini di kuartal I.

“Jadi itu yang membedakan kenapa gain-nya terlihat untuk yang kuartal II itu lebih kecil,” ujarnya.

Baca juga: Kemenkeu Pede Insentif PPN DTP Mampu Genjot Ekonomi RI

Meski demikian, belanja pemerintah secara keseluruhan di 2024 ini sesuai dengan rancangan dari APBN. Untuk itu, pemerintah tidak perlu menggenjot belanja pemerintah pada kuartal III dan IV atau akhir tahun 2024.

“Belanja kita untuk tahun ini kalau kita lihat itu bahkan terakhir sesuai dengan Lapsem outlook kita adalah sekitar Rp87 triliun di atas APBN-nya. Jadi sebenarnya nggak ada yang perlu digenjot,” imbuhnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

Kredit Tumbuh Kuat-DPK Meningkat, Fungsi Intermediasi Bank Mandiri Solid di Akhir Tahun

Poin Penting Kredit Bank Mandiri naik 13,1% menjadi Rp1.452 triliun. DPK tumbuh 15,9% dengan aset… Read More

3 hours ago

Pasar Domestik Lesu, Emiten STRK Agresif Ekspansi ke Pasar Ekspor

Poin Penting STRK agresif ekspansi ke pasar ekspor di tengah lesunya pasar domestik. Capex Rp10… Read More

5 hours ago

Pelemahan IHSG Pekan Ini, Didorong 5 Saham Berikut

Poin Penting IHSG melemah 0,83% pada pekan 22–24 Desember 2025 ke level 8.537,91, seiring turunnya… Read More

7 hours ago

IHSG Pekan Ini Melemah 0,83 Persen, Kapitalisasi Pasar Jadi Rp15.603 Triliun

Poin Penting IHSG melemah 0,83% pada pekan 22–24 Desember 2025 dan ditutup di level 8.537,91.… Read More

7 hours ago

Lovina Beach Brewery (SRTK) dan Coco Bali Bawa Minuman Lokal Bali Ekspansi ke Pasar Global

Poin Penting STRK menggandeng Coco Bali Pte Ltd untuk memperkuat ekspansi global melalui peluncuran tiga… Read More

13 hours ago

Bandingkan UMP 2026: Jakarta vs Jawa, Selisihnya Mencolok

Poin Penting UMP 2026 telah ditetapkan di 38 provinsi berdasarkan PP Nomor 49 Tahun 2025,… Read More

14 hours ago