Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin (12/6) kembali ditutup pada zona merah ke level 6.850,09 atau melemah 0,08 persen dari pembukaan perdagangan yang berada di level 6.855,69.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Bursa Efek Indonesia (BEI), Irvan Susandy, menyoroti bahwa terdapat dua hal yang menjadi faktor utama penurunan IHSG, yaitu penguatan USD terhadap rupiah dan masalah kebijakan fiskal.
“Penguatan USD terhadap rupiah dan masalah kebijakan fiskal merupakan faktor utama penurunan IHSG, walaupun kemarin penurunan IHSG hanya 0,08 persen,” ucap Irvan dalam keterangannya di Jakarta, 13 Juni 2024.
Baca juga: Usai Rombak Pengurus, Harga Saham GOTO Naik Hampir 2 Persen di Perdagangan Sesi I
Ia menyebut, terkait dengan penguatan mata uang USD tidak hanya terjadi terhadap rupiah saja tetapi juga terjadi pada beberapa mata uang negara lain yang turut mengalami penurunan.
Sementara dari segi masalah kebijakan fiskal, menurut Kementerian Keuangan (Kemenkeu) hingga akhir April 2024, posisi utang Indonesia mencapai Rp8.338,43 triliun dengan rasio utang terhadap PDB sebesar 38,64 persen.
“Rasio utang ini mengalami penurunan dibanding akhir 2023 yaitu sebesar 38,98 persen, serta masih di bawah ambang batas yaitu 60 persen dari PDB sesuai Undang-Undang,” imbuhnya.
Baca juga: Makin Strong! Harga Saham BRIS Naik Hampir 1 Persen di Tengah Kabar Muhammadiyah Tarik Dana Triliunan
Adapun, untuk terus meningkatkan kinerja di pasar modal Indonesia, BEI saat ini tengah dalam proses persiapan untuk meluncurkan instrumen-instrumen investasi bagi para investor.
“Yang akan kita luncurkan dalam tahun ini seperti short selling, single stock futures dan put warrant (structured warrant). Kami berharap ini bisa menambah pilihan instrumen trading bagi para investor,” ujar Irvan. (*)
Editor: Galih Pratama