BEI Beberkan Peluang dan Tantangan Sektor Perbankan di 2024, Berikut Rinciannya

BEI Beberkan Peluang dan Tantangan Sektor Perbankan di 2024, Berikut Rinciannya

Jakarta – Bursa Efek Indonesia (BEI) telah merangkum beberapa peluang dan tantangan yang akan dihadapi emiten sektor perbankan di tahun 2024. 

Head of Research Division BEI, Verdi Ikhwan, menyebutkan, peluang tersebut berasal dari pertumbuhan ekonomi yang stabil, ekspektasi kinerja perbankan yang terjaga, dan perspektif investor yang dilihat dari dividen payout ratio mencapai 60-80 persen bagi bank berkapitalisasi besar. 

“Peluang yang kita miliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, ekonomi kita itu tumbuh stabil di kisaran lima persen, kemudian juga ekspektasi kinerja perbankan terjaga, dan faktor faktor lainnya kami juga mencoba mencatat relationship perbankan yang tumbuh pesat,” ucap Verdi dalam paparannya di Jakarta, 22 April 2024. 

Baca juga: Sektor Perbankan Masih Jadi Pendorong Utama IHSG, Ini Buktinya

Berikut rincian peluang dan tantangan bagi sektor perbankan selama 2024:

Peluang:

  • Resiliensi Exonomi Domestik, pertumbuhan ekonomi 2024 diperkirakan terjaga di kisaran lima persen, konsumsi rumah tangga yang berkontribusi terbesar (>50 persen) dari PDB mash tumbuh sebesar 4,8 persen secara yoy pada kuartal I-2024
  • Ekspektasi Kinerja Perbankan yang Terjaga, menurut survei OJK, Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP) pada kuartal I-2024 tercatat sebesar 56 dalam zona optimis. Sementara itu, Indeks Persepsi Risiko (IPR) sebesar 53 (zona keyakinan bahwa risiko cukup manageable), Indeks Ekspektasi Kinerja (IEK) sebesar 68
  • Optimisme kinerja perbankan, didorong oleh ekspektasi bahwa DPK akan tetap mampu menyokong meningkatnya penyaluran kredit yang berdampak pada peningkatan laba dan modal perbankan
  • Kredit masih berpotensi tumbuh seiring dengan target pertumbuhan kredit perbankan dari BI sebesar plus 10-20 persen dan OJK yang sebesar plus 9-11 persen
  • Faktor-Faktor Lainnya, Digitalisasi perbankan yang bertumbuh sangat pesat di tengah meningkatnya aktivitas masyarakat di ranah daring, dari perspektif investor, dividen payout ratio (DPR) bank berkapitalisasi pasar besar bahkan dapat mencapai 60-80 persen,
  • Jika suku bunga berangsur turun, kinerja sektor yang sensitif terhadap suku bunga, seperti infrastruktur, properti, dan real estate, yang berpotensi meningkat dan mendorong permintaan kredit.
Baca juga: OJK: Ketahanan Perbankan Nasional Tetap Terjaga di Tengah Tekanan Geopolitik dan Penguatan Dolar AS

Tantangan:

  • Risiko Inflasi Era Suku Bunga Tinggi, meskipun inflasi global cenderung mulai melambat, namun beberapa negara masih belum dapat mencapai target inflasi yang dinginkan sehingga suku bunga acuan tetap dipertahankan pada level yang tinggi
  • Risiko Perlambatan Exonomi Global, perlambatan ekonomi China dan era suku bunga tinggi berpotensi menyebabkan kenaikan cost of funds sehingga dapat membatasi pertumbuhan kredit
  • Kenaikan Imbal Hasil Instrumen Safe Haven, meningkatnya ketidakpastian ekonomi global mendorong investor untuk mengalihkan kepemilikan asetnya dari aset yang berisiko tinggi menuju aset yang bersifat safe haven
  • Tensi Geopolitik, eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah dapat menyebabkan terganggunya rantai pasok global sehingga berpotensi terjadi inflasi harga komoditas penting dunia dan perlambatan ekonomi global
  • Pertumbuhan DPK Melambat, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh lebih lambat dibandingkan pertumbuhan penyaluran kredit per Februari 2024. Hal tersebut berimplikasi pada kenaikan Loan to Deposit Ratio (LDR) atau pengetatan likuiditas sehingga menyebabkan kenaikan cost of fund. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News