Jakarta – PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) menyiapkan sejumlah strategi untuk mengantisipasi peningkatan biaya dana (cost of fund/CoF), seiring tren kenaikan suku bunga acuan yang terjadi belakangan ini.
Kenaikan biaya dana bisa menggerus margin perusahaan pembiayaan bila tidak diimbangi kenaikan suku bunga ke konsumen. Di lain sisi, menaikkan suku bunga pembiayaan juga harus mempertimbangkan kemampuan nasabah membayar, jangan sampai justru menjadi non performing financing (NPF)
Dikatakan Chief Financial Officer Adira Finance, Sylvanus Gani Mendrofa, kenaikan suku bunga ini sudah terjadi, dan perseroan juga sudah melakukan langkah antisipasi. Adira Finance akan terus memperkuat kerjasama dengan induknya, yakni Bank Danamon untuk memperbesar pembiayaan bersama atau joint financing. Itu dilakukan sebagai bagian dari upaya mengelola fluktuasi suku bunga. Di samping itu, sekitar 50% sumber dana perseroan bersumber dari internal.
“Kita juga akan mencari momentum-momentum yang pas, kapan kita akan menerbitkan bond. sehingga kita bisa masuk ke market dengan timing yang tepat. Selain itu, kita juga menjalin kerjasama dengan banyak bank, kreditur, sehingga istilahnya kita bisa membuat pengelolaan sumber dana yang baik.
Selain itu, kita juga memiliki profit yang bisa menjadi sumber dana internal yang cukup baik. Tahun 2022 dengan profit Rp1,10 triliun, itu menjadi bekal juga, pembiayaan internal kita semakin kuat. Tidak semua fluktuasi di pasar menjadi ancaman bagi kita terkait biaya dana,” tutur Gani, Rabu, 2 November 2022.
Sementara itu, Direktur Utama Adira Finance I Dewa Made Susila mengatakan, kenaikan biaya dana menjadi salah satu pertimbangan bagi perseroan dalam menetapkan pricing pada pembiayaan baru. Kalau biaya dana terus naik, perseoan akan mentransmisikan sebagian atau keseluruhan kenaikan itu ke bunga pembiayaan. Lalu, ada pertimbangan terkait kemampuan konsumen dalam membayar. Adira Finance ingin memastikan kenaikan bunga pembiayaan tidak menganggu kualitas aset. Terakhir, memperhatikan pricing dari kompetitor,
“Kalau kita sendiri yang menaikan kan, “warung”nya bisa sepi. Yang pasti kenaikan dikarenakan biaya dananya naik. Bukan agar profitnya ingin lebih tebal. BI Rate sudah naik di atas 150 basis poin, kenaikan pricing kami belum setinggi itu,” ujar Made.
Terkait funding, Made menegaskan, Adira Finance akan mengoptimalkan sumber pendanaan yang beragam untuk mendapatkan cost of fund yang kompetitif. Sumber dana yang terdiversifikasi akan membuat perseroan bisa melempar harga yang juga kompetitif ke market/konsumen.
“Beruntung kita dimiliki bank sehingga bisa joint financing setiap saat. Adira Finance juga beruntung karena ratingnya tinggi. Triple A (AAA) secara domestik, dan BBB+ secara internasional, sehingga kita punya akses ke pasar modal secara cukup bagus. Adira Finance sudah biasa mendapat pinjaman luar negeri, di luar penerbitan obligasi di pasar domestik. Terakhir tentu kita punya track record cukup bagus sehingga bank-bank cukup nyaman memberi funding ke Adira Finance. Jadi strategi pendanaannya tidak berubah, diversifikasi dan competitive cost of fund,” papar Made.
Sebagai informasi, posisi September 2022, pembiayaan bersama mengambil porsi 47% dari piutang yang dikelola Adira Finance. Sedangkan total pinjaman eksternal mengalami penurunan 9% year on year (yoy), atau menjadi Rp10,8 triliun. Terdiri dari pinjaman bank dalam dan luar negeri serta obligasi. (*) Ari Astriawan