Jakarta – Kementerian Agama (Kemenag) telah menetapkan bahwa, awal Ramadan 2024 jatuh pada Selasa (12/3). Sejalan dengan hal itu, kebutuhan masyarakat akan barang-barang terkait puasa dan Lebaran bakal turut meningkat.
Dari sisi industri perusahaan pembiayaan atau multifinance, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Ramadan 2024 akan mengalami tren peningkatan sebanyak 11-13 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Keuangan Lainnya OJK, Agusman menjelaskan, proyeksi tersebut mengacu kepada data penyaluran pembiayaan selama lima tahun terakhir yang selalu mencatat tren peningkatan pada momen satu bulan sebelum hari raya Idul Fitri atau selama masa Lebaran.
“Artinya selama bulan Ramadan, khususnya penyaluran pembiayaan multiguna kendaraan bermotor, hal ini terjadi karena meningkatnya permintaan masyarakat atas kendaraan bermotor termasuk untuk keperluan mudik atau bepergian selama lebaran,” ucap Agusman dalam RDKB OJK dikutip, 4 Maret 2024.
Baca juga: KPPU Panggil 4 Pinjol yang Beri Pinjaman ke Mahasiswa, Begini Respons OJK
Lalu, untuk penyaluran pembiayaan dari sektor buy now pay later (BNPL) pun diperkirakan bakal meningkat. Hal ini karena, adanya kenaikan kebutuhan masyarakat seperti pembelian barang-barang terkait puasa dan lebaran, serta untuk pembelian tiket transportasi mudik Lebaran.
“Berkaitan dengan adanya tren peningkatan penyaluran pembiayaan tersebut, kami memperingatkan perusahaan pembiayaan agar tetap menjaga prinsip kehati-hatian, dalam proses penyaluran pembiayaan, sehingga pertumbuhan piutang tersebut tidak diiring dengan kenaikan risiko kredit,” imbuhnya.
Adapun, dari sisi penyaluran pembiayaan fintech peer to peer (P2P) lending atau pinjaman online (pinjol), OJK belum dapat menyimpulkan adanya peningkatan pada penyaluran pembiayaan pinjol, sebab pada musim Ramadan 2023 tidak terdapat peningkatan yang signifikan di penyaluran pinjol.
Namun, OJK terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan TWP90 industri P2P lending, di mana per Januari 2024, angka TWP90 berada pada level 2,95 persen. OJK menjaga agar angka dimaksud masih terkendali di bawah 5 persen.
“Kami mengimbau seluruh penyelenggara dapat terus memerhatikan mitigasi risiko dan melakukan penguatan credit scoring sehingga kualitas pendanaan tetap terjaga,” ujar Agusman.
Meski begitu, Asosiasi Fintech Pendanaan Indonesia (AFPI) memproyeksi pertumbuhan penyaluran pembiayaan melalui fintech peer to peer (P2P) lending atau pinjaman online (pinjol) di masa bulan Ramadan dan Lebaran akan meningkat di atas 20 persen.
Proyeksi peningkatan tersebut dilatarbelakangi oleh masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhan masa Lebaran melalui usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), sehingga dari sektor konsumtif yang bakal merasakan dampak peningkatan pembiayaan pinjol.
Baca juga: OJK Beberkan Sederet Tantangan Industri Pembiayaan di 2024
“Kalau kelihatannya akan tinggi konsumtif tapi saya ngeliat ujung-ujungnya kurang lebih balance, jadi konsumtif itu kan sebenernya konsumtif yang juga bisa berdampak dengan penyediaan barang dan jasa hari ini, bukan untuk keperluan yang dimanfaatkan 2-3 bulan kemudian,” kata Ketua Bidang Humas AFPI, Kuseryansyah beberapa waktu lalu.
Menurutnya, hal itu tidak akan berfokus pada sektor konsumtif saja, tetapi juga ke sektor produktif yang perlu mempersiapkan persediaan barang yang lebih banyak dari biasanya, serta layanan dan jasa, sehingga membutuhkan pendanaan yang lebih besar. (*)
Editor: Galih Pratama