Jakarta – Pada periode sembilan bulan di 2020, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) berhasil mencetak kinerja yang positif tercatat perseroan meraih pendapatan bersih konsolidasi sebesar USD1,66 miliar. Dengan tingkat EBITDA sebesar USD386 juta dan keuntungan bersih konsolidasi sebesar USD76 juta.
BRPT juga mencatat keuntungan bersih yang dapat diatribusikan kepada perusahaan sebesar USD11,3 juta untuk periode 9 bulan tahun 2020, dari yang sebelumnya mencatatkan Kerugian Bersih sebesar USD8,9 juta untuk periode 6 bulan tahun 2020.
Direktur Keuangan BRPT, David Kosasih mengatakan, peningkatan kinerja BRPT ini didorong oleh rebound pertumbuhan industri petrokimia sehingga kinerja lini bisnis petrokimia BRPT yang terus menunjukkan tren positif pada kuartal ketiga dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
“Selain itu, bisnis anak perusahaan di sektor energi juga terus memberikan kontribusi yang besar dan stabil pada perolehan pendapatan dan laba secara konsolidasi,” kata David dalam keterangan resminya yang diperoleh media, Rabu (4/11/2020).
Di tengah pandemi Covid-19, lanjutnya, anak usaha BRPT yakni PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) telah menyelesaikan pabrik MTBE dan Butene-1 pertama di Indonesia tepat waktu, sesuai anggaran dan memenuhi spesifikasi, meningkatkan total kapasitas produksi sebesar 128KTA untuk MTBE dan 43KTA untuk Butene-1.
Pembangunan pabrik tersebut, menurut dia, menjadikan kapasitas total produksi TPIA keseluruhan menjadi 4,2 MTA dan menandai keberhasilan pelaksanaan dan penyelesaian Integrasi TPIA 2015-2020.
David menjelaskan, TPIA juga telah menyelesaikan pembangunan Enclosed Ground Flare baru yakni teknologi suar tanpa asap di komplek pabriknya di Cilegon dengan nilai investasi USD14 juta juga diselesaikan tepat waktu untuk mendukung komitmen kuat kami terhadap faktor Lingkungan, Sosial.
David menambahkan, peningkatan kinerja Barito Pacific juga dibantu oleh performa anak usaha di sektor energi terbarukan, Star Energy (SE) yang terus memberikan stabilitas bagi kinerja perseroan. Untuk periode ini, terjadi peningkatan pendapatan bersih yang diraih oleh SE yang mencapai USD394 juta atau tumbuh 4,2% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar USD378 juta.
“Kami optimistis ke depan, kontribusi SE pada BRPT akan semakin besar seiring perkembangan bisnis SE di Indonesia,” jelas dia.
Saat ini, Star Energy merupakan perusahaan pengelola panas bumi terbesar di Indonesia dengan kapasitas sebesar 875 Megawatt (MW) dan berencana untuk menambah kapasitas sampai dengan 1200 MW dalam 10 tahun mendatang. (*)