Oleh Awaldi, Direktur Operasional Bank Muamalat
SUDAH lima kali dengan tahun ini saya ikut merayakan hari jadi miladnya Bank Muamalat. Kali ini tepat tanggal 1 Mei usianya genap 29 tahun. Bank ini bukan sembarang bank, bahkan juga bukan sembarang bank syariah.
Bank ini didirikan dengan proses yang panjang dan melibatkan banyak pihak. Promotor utamanya adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang pada waktu itu diketuai oleh KH Hasan Basri. Bank didirikan membantu umat untuk memiliki institusi dalam menjalankan transaksi bank yang non ribawi. Bank serupa sudah lama dimiliki oleh negara dengan penduduk mayoritas Islam seperti Mesir dan Turki, bahkan Malaysia lebih dulu mendirikan Bank Islam di tahun 1980-an. Beberapa negara eropa juga sudah punya Bank ini, walaupun mayoritas penduduknya bukan Islam.
Karena itu MUI melalui KH Hasan Basri dan Amin Aziz bergerilya sejak pertengahan 1980-an untuk mendirikan bank tanpa bunga. Perjalanannya penuh liku dan tentu tidak gampang. MUI akhirnya mengambil langkah bergandengan tangan dengan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang baru dibentuk, dengan ketua Profesor Habibie, orang kuat kepercayaan Presiden Soeharto di era 1990-an.
Habibie menjadi pintu masuk bagi para penggagas bank ini untuk bertemu langsung dan mendapat dukungan dari Soeharto. Bank Muamalat resmi didirikan dengan penandatanganan akte pendirian 1 November 1991 di Hotel Sahid, milik pengusaha muslim orang dekat Soeharto. Dan beroperasi resmi mulai 1 Mei 1992. Presiden kedua itu juga bersedia menjadi salah satu pemrakarsa pendirian, dan bersama dengan beberapa anggota keluarganya ikut sebagai pihak-pihak pertama memiliki saham bank.
Soeharto juga yang memilihkan nama Bank Muamalat Indonesia; satu-satunya bank syariah tanpa embel-embel syariah atau Islam dalam namanya. Ketika disodorkan nama Bank Muamalat Islam Indonesia, Soeharto bertanya retorik, “bukankah Muamalat sudah mengandung unsur Islam di dalamnya?”. Sehingga tidak perlu lagi ditambahkan kata-kata Islam atau Syariah setelahnya. Bank lain yang berdiri dengan menggunakan prinsip Islam, harus menggunakan nama Syariah di depannya, untuk membedakan dengan nama bank konvensional.
Bank ini didirikan dengan modal dari masyarakat dan umat. Saya sampai terharu menitikkan air mata ketika diceritakan pada waktu 5 tahun yang lalu saya bergabung dengan Bank ini bagaimana modal dikumpulkan serpihan demi serpihan. Ketika Soeharto bertanya sudah ada modal atau belum? Pendiri menjawab masih sangat sedikit. Soeharto kemudian memberikan sebesar uang untuk modal dasar. Kemudian untuk tindak lanjut, Soeharto memerintahkan para sudagar Islam untuk berkumpul di Hotel Sahid di akhir tahun 1991 untuk menyisihkan uangnya membantu permodalan bank syariah pertama ini. Kegiatan itu dikoordinir oleh Sukamdani Sahid Gitosardjono.
Soeharto kemudian juga memerintahkan agar umat yang naik haji di tahun 1991-1992 untuk menyisihkan 10 ribu rupiah untuk menyumbang modal dasar Bank Muamalat. Dalam peresmian berdirinya Bank Muamalat di Istana Bogor oleh Presiden Soeharto, Gubernurnya mewakili masyarakat Jawa Barat berdiri ke depan menyatakan kesediaan membantu pembelian saham oleh para pegawai pemda. Tidak heran sampai sekarang banyak PNS Jawa Barat jaman tahun 1990-an masih menyimpan surat saham bank ini.
Bank Muamalat didirikan oleh umat Islam dan untuk membantu mengembangkan pertumbuhan ekonomi dan masyarakat madani. Pada waktu pendiriannya, modalnya dikumpulkan sedikit demi sedikit dari masyarakat dan pedagang muslim.
Oleh sebab itu, Bank Mualamat tidak saja berbeda dari Bank Syariah lain karena tidak memiliki embek-embel Syariah dari namanya, tapi Bank Muamalat juga didirikan dengan semangat murni membantu transaksi tanpa bunga, transaksi non ribawi, membantu masyarakat yang terpinggirkan, membantu proses pendistribusian kekayaan. Semangat pendirian Bank Islam Pertama ini adalah dengan hati nurani membangun ekonomi yang berbudaya, membangun masyarakat yang madani.
Bank Muamalat adalah jalan dakwah bagi semua civitasnya, termasuk karyawan yang berdedikasi, untuk membangun masyarakat yang berkeadilan, untuk memberikan pintu masuk bagi umat melakukan transaksi perbankan, untuk membantu membangun jaringan ekonomi yang kuat, untuk memberikan impak bagi tanah air bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang berwibawa.
Karena itu, bersamaan dengan pendirian banknya, didirikan juga Muamalat Institute (MI) dan Baitul Mal Muamalat (BMM). MI bertujuan untuk melakukan riset terkait dengan Ekonomi Islam dan edukasi kepada umat untuk cara-cara bertransaksi ekonomi sesuai yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. MI pada waktu berdirinya aktif melakukan edukasi kepada sekolah-sekolah dan juga kampus tentang pentingnya Ekonomi Islami untuk mencapai cita-cita masyarakat madani. BMM bertujuan untuk distribusi kekayaan kepada masyarakat yang membutuhkan baik dalam bentuk bantuan tunai, maupun bantuan produktif sehingga secara ekonomi kehidupan masyarakat yang tidak terjangkau bank bisa lebih baik.
Mudah-mudahan Bank Muamalat terus maju. Tiga unsur penting majunya bank ini ke depan adalah (1) berpegang teguh pada visi jalan hijrah bagi umat menuju keberkahan hidup, (2) kenyamanan nasabah melakukan transaksi bank tidak harus di cabang, dan (3) dedikasi karyawannya yang menganggap pekerjaan bukan hanya sekedar untuk memperoleh gaji tetapi adalah ibadah terbaik untuk berkontribusi bagi umat.
Visinya sudah jelas. Bukan hanya sekedar bank untuk bertransaksi syariah, tetapi bank yang menjadi jalan hijrah untuk melakukan transaksi non ribawi dan diabadikan untuk membangun masyarakat Islam yang lebih baik. Bank tentu harus profit supaya sebagai korporasi bisa going concern berjalan terus dengan kondisi sehat, akan tetapi lebih penting lagi adalah keuntungan yang diperoleh keuntungan sehat, nasabah yang dibantu bisnisnya makin membaik, dan masyarakat yang kurang akses ke perbankan bisa dibantu untuk tumbuh usahanya.
Untuk bisa bersaing dengan bank-bank modern lainnya, Bank Muamalat juga terus melakukan investasi untuk meningkatkan kenyamanan nasabah melakukan transaksi. Rumusnya sekarang ini adalah tansaksi bank bisa dilakukan sekehendak nasabah. Embedded ke dalam kehidupan nasabah sehari-hari. Nasabah tinggal mengeluarkan smartphone dari saku celananya untuk mengirimkan uang belanja kepada anaknya yang sekolah, membayar tagihan-tagihan, membayar zakat, memberikan sedekah, infaq untuk mesjid, mendaftar untuk setoran haji.
Bank Muamalat sudah menyiapkan DIN, Digital Islamic Network, dalam genggaman nasabah. Dengan DIN nasabah bisa melakukan banyak hal, termasuk membayar belanjaan dengan hanya tapping smartphone ke pada semua logo QRIS yang tersebar di jutaan toko-toko seluruh Indonesia. Bank Muamalat terus-menerus mengembangkan DIN ini, sehingga akan menjadi primary channels-nya Bank. Saat ini sedang dalam proses pengembangan dan proses tunggu untuk pembukaan rekening tanpa harus datang ke Cabang (Digital Account Opening), pengambilan uang di ATM tanpa kartu hanya dengan smartphone, pendaftaran talangan haji digital, dan digital e-wallet untuk bisa menjangkau umat yang lebih banyak di daerah-daerah dengan proses pembukaan rekening segampang pembukaan rekening seperti OVO, Gopay, Shopee Pay.
Semua kenyamanan ini dipersembahkan untuk nasabah Bank Muamalat yang terkenal loyal. Dalam kondisi krisis pun, nasabah tetap setia menempatkan investasinya, tidak termakan issue negatif yang berseliweran di luar. Berdasarkan survey MRI (Market Research Indonesia) bekerjasama dengan Infobank selama 3 tahun terakhir ini, Bank Muamalat memiliki nasabah paling loyal di antara Bank Syariah, termasuk dibandingkan dengan Bank Konvensional lainnya.
Karyawan dengan dedikasi dan komitmen tinggi adalah modal dasar utama. Mereka bekerja di bank ini untuk penghidupan sehari-hari, untuk mendapatkan gaji. Akan tetapi lebih daripada itu pengabdian ini sudah dianggap sebagai ibadah terbaik di dunia. Sebaik-baik manusia adalah yang berguna bagi masyarakat. Apalagi yang lebih baik dari cita-cita membangun masyarakat madani, membangun ekonomi yang berkebudayaan, menjadikan Indonesia yang lebih baik?
Bekerja di Bank Muamalat bukan hanya sekedar bekerja di institusi untuk kepentingan banknya sendiri dalam mencari keuntungan, bekerja di Bank Muamalat adalah jalan ibadah untuk memberikan kenyamanan bagi umat dalam melakukan transaksi perbankan. Jalan hijrah menuju keberkahan. (*)