Jakarta–Institute for Development of Economic and Finance (Indef) menilai, laju kredit perbankan di tahun ini diperkirakan masih akan mengalami perlambatan. Hal ini sejalan dengan kondisi perbankan yang masih tengah sibuk melakukan restrukturisasi kredit bermasalahnya (Non Performing Loan/NPL).
Pernyataan tersebut seperti disampaikan Ekonom Senior Indef, Umar Juoro di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa, 4 April 2017. Padahal, kata dia, pertumbuhan kredit yang tinggi bisa menjadi pendorong utama dalam pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi, modal kerja, dan investasi.
Baca juga: Ini Penyebab NPL Bank Naik
“Sebab dengan NPL yang masih relatif tinggi, mencapai 3,1 persen, bank masih sibuk melakukan restrukturisasi. Sekalipun itu pilihan sangat sulit. Sehingga bank akan sangat hati-hati dalam meningkatkan pertumbuhan kredit,” ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, masih rendahnya pertumbuhan kredit di tahun ini juga dipengaruhi oleh belum terlihatnya sektor utama (leading sector) yang bisa mengerek pertumbuhan kredit lebih tinggi dari tahun lalu. Pasalnya, permintaan (demand) kredit di sektor-sektor utama tersebut masih rendah. (Bersambung ke halaman berikutnya)
Page: 1 2
Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More
Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More
Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More
Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More
Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More
Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More