Bank Sentral Eropa: Rencana Anggaran Trump Berpotensi Bikin Pasar Tegang

Bank Sentral Eropa: Rencana Anggaran Trump Berpotensi Bikin Pasar Tegang

Jakarta – Wakil Presiden Bank Sentral Eropa Luis de Guindos menyebut, rencana pengeluaran Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump berpotensi memperburuk defisit anggaran AS dan membuat pasar khawatir.

Ia mengatakan, AS saat ini sudah memiliki rasio utang publik hampir 100 persen dari produk domestik bruto (PDB), dengan defisit pengeluaran mendekati tujuh persen.

“Presiden terpilih (Trump) berjanji untuk mengurangi pajak dan mungkin tidak memangkas pengeluaran publik,” katanya, dikutip VOA Indonesia, Selasa, 19 November 2024.

Baca juga : Sentimen Trump Picu Penguatan Rupiah di Awal Pekan

“Rencana tersebut dapat menyebabkan defisit meningkat dan menimbulkan kekhawatiran di pasar,” tambahnya. 

Sejak berhasil menang dengan gemilang dalam pemilihan presiden pada awal bulan ini, Trump belum mengumumkan sosok yang akan menjadi menteri keuangan dalam kabinetnya.

Namun, ia telah menunjuk orang terkaya di dunia, Elon Musk, dan pengusaha Vivek Ramaswamy untuk memimpin departemen efisiensi pemerintah yang baru dibentuk.

Trump sendiri meminta kedua tokoh tersebut untuk memangkas birokrasi dan pengeluaran yang tidak efisien. Musk sendiri berjanji akan memangkas anggaran federal sebesar USD2 triliun.

Baca juga : Analis Prediksi Efek Trump ke Outflow Investor Asing Cuma Sementara, Ini Indikasinya

Selain rencana pengeluaran Trump, program kenaikan tarifnya juga menimbulkan kekhawatiran di Eropa. Para petinggi khawatir tarif impor yang lebih tinggi bisa memperlambat perdagangan dan membebani perekonomian.

“Prospek pertumbuhan terhalang oleh ketidakpastian mengenai kebijakan ekonomi dan situasi geopolitik, baik di kawasan Eropa maupun secara global,” bebernya.

Menurutnya, ketegangan perdagangan dapat meningkat lebih jauh dengan risiko yang diakibatkannya bagi aktivitas ekonomi.

“Konteks ini semakin memperburuk masalah struktural seperti rendahnya produktivitas dan potensi pertumbuhan kawasan Eropa yang lemah,” pungkasnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News