Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatatkan penyaluran kredit pada Maret 2020 tercatat senilai Rp5.703,4 triliun atau tumbuh 7,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 5,5% (yoy). Peningkatan penyaluran kredit terutama terjadi pada debitur korporasi.
Dikutip berdasarkan laporan Uang Beredar BI periode Marer 2020, kredit kepada korporasi mengalami akselerasi, dari 4,6% (yoy) menjadi 8,0% (yoy) pada Maret 2020. Sementara itu, kredit kepada perorangan tercatat melambat, dari 6,3% (yoy) pada Februari 2020 menjadi 5,8% (yoy).
Sedangkan berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan pertumbuhan kredit terjadi pada kredit produktif, yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi. Kredit modal kerja (KMK) tumbuh, dari 2,6% (yoy) pada bulan Februari 2020 menjadi 5,1% (yoy) terutama pada sektor industri pengolahan dan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR).
KMK sektor industri pengolahan meningkat, dari 3,1 % (yoy) menjadi 9,8% (yoy) terutama pada kredit industri logam dasar besi dan baja di Jawa Barat dan Banten. KMK Sektor PHR turut mengalami peningkatan, dari 1,1% (yoy) pada Februari 2020 menjadi 2,2% (yoy) pada bulan Iaporan yang bersumber dari peningkatan KMK subsektor Perdagangan Impor Bahan Bakar Gas, Cair, dan Padat di DKI Jakarta dan Jawa Timur.
Sementara pada Kredit Investasi (Kl) tercatat meningkat, dari 10,0% (yoy) menjadi 13,0% (yoy) pada Maret 2020 terutama pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan serta sektor industri pengolahan. Kl sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan meningkat, dari 5,3% (yoy) menjadi 7,1 % (yoy) pada Maret 2020, terutama kredit yang disalurkan untuk subsektor perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara dan Kalimantan Utara.
KI kepada sektor industri pengolahan juga mengalami peningkatan, dari 3,9%(yoy) menjadi 10,7% (yoy), khususnya pada subsektor industri logam dasar besi dan baja di wilayah Banten dan Jawa Barat. Sementara itu, pertumbuhan kredit konsumsi (KK) pada Maret 2020 tercatat melambat, dari 6,1% (yoy) di bulan sebelumnya menjadi 5,4% (yoy), dipicu oleh melambatnya pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) terutama rumah tipe 22-70 dan kredit multiguna.
Sedangkan untuk Kredit properti pada Maret 2020 mengalami perlambatan dibandingkan bulan sebelumnya, dari 8,4% (yoy) pada Februari 2020 menjadi 7,4% (yoy) pada Maret 2020, disebabkan oleh perlambatan kredit KPR/KPA serta kredit konstruksi. Pertumbuhan kredit KPR/KPA juga melambat, dari 7,5% (yoy) menjadi 6,6% (yoy). Perlambatan juga terjadi pada kredit Konstruksi, dari 11,2% (yoy) pada Februari 2020 menjadi 8,8% (yoy) terutama pada konstruksi perumahan. Di sisi Iain, kredit real estate meningkat, dari 5.5% (yoy) menjadi 7,2% (yoy) pada Maret 2020 terutama pada kredit real estate gedung perkantoran.
Kredit kepada sektor UMKM pada Maret 2020 juga mengalami perlambatan, dari 7,8% (yoy) menjadi 6,9% (yoy) pada Maret 2020 (Tabel 8). Perlambatan pertumbuhan kredit UMKM terutama bersumber dari jenis skala usaha kecil dan menengah, masingmasing dari 10,6%(yoy) dan 2,2% (yoy) menjadi 9,1% (yoy) dan 1,0% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, perlambatan terjadi pada seluruh jenis kredit UMKM yakni modal kerja dan investasi.
Sedangkan untuk suku bunga kredit dan simpanan pada Maret 2020 menurun sejalan dengan penurunan suku bunga acuan. Pada Maret 2020, rata-rata tertimbang suku bunga kredit tercatat sebesar 10,33%, turun 9 basis poin dibandingkan 10,42% pada bulan sebelumnya, seiring dengan penurunan suku bunga acuan BI 7 days reverse repo ratesebesar 25 bps pada Maret 2020.
Demikian juga rata-rata tertimbang suku bunga simpanan berjangka mengalami penurunan pada hampir seluruh jenis tenornya. Suku bunga simpanan berjangka tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan menurun, dari masingmasing 5,91%, 6,18%, 6,58%, dan 6,72% pada Februari 2020 menjadi 5,76%, 6,09%, 6,42%, dan 6,60% pada Maret 2020. Sementara itu, suku bunga simpanan berjangka tenor 24 bulan tercatat meningkat, dari 7,29% menjadi 7,32% pada Maret 2020. (*)
Editor: Rezkiana Np