Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat, penyaluran kredit perbankan pada akhir Desember 2017 mencapai Rp4.763,2 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 8,2 persen (yoy), atau lebih tinggi bila dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 7,4 persen (yoy).
Seperti dikutip dari laman BI, di Jakarta, Kamis, 1 Februari 2018 menyebutkan, peningkatan pertumbuhan kredit perbankan terjadi pada seluruh jenis penggunaannya, kredit modal kerja (KMK) yang terakselerasi dari 7,3 persen (yoy) pada November 2017 menjadi 8,3 persen (yoy).
Kemudian, untuk kredit investasi meningkat dari 4,6 persen (yoy) menjadi 4,8 persen (yoy) di bulan Desember 2017. Sementara itu kredit konsumsi (KK) juga tercatat tumbuh dari 10,2 persen (yoy) pada bulan November 2017 menjadi sebesar 10,9 persen (yoy) di bulan Desember 2017.
Berdasarkan sektor ekonominya, peningkatan pertumbuhan KMK didorong oleh akselerasi kredit yang disalurkan kepada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. KMK pada kedua sektor tersebut masing-masing tumbuh meningkat dari 5,5 persen (yoy) dan 5,9 persen (yoy) menjadi sebesar 7,2 persen (yoy) dan 6 persen (yoy).
Sementara itu peningkatan pertumbuhan KI didorong oleh peningkatan pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor listrik, gas dan air bersih dari 13,1 persen (yoy) dan 5,8 persen (yoy) menjadi 16,1 persen (yoy) dan 8,5 persen (yoy) pada Desember 2017.
Ditengah akselerasi penyaluran kredit oleh perbankan, kredit properti mengalami perlambatan pertumbuhan dari 13,6 persen (yoy), menjadi 13 persen (yoy) di Desember 2017, khususnya didorong oleh kredit yang disalurkan pada sektor konstruksi dan real estate. Perlambatan pertumbuhan kredit konstruksi terutama disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan kredit pada sektor konstruksi bangunan jalan raya dan konstruksi perumahan menengah, besar, dan mewah (tipe >70).
Selanjutnya, pertumbuhan kredit sektor real estate juga mencatatkan perlambatan pertumbuhan dari 8,7 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 6,3 persen (yoy) sehingga mencapai posisi Rp139,1 triliun pada bulan Desember 2017. Namun demikian, pertumbuhan kredit KPR dan KPA tercatat meningkat menjadi sebesar 11,4 persen (yoy), dari sebe|umnya 11 persen (yoy).
Melanjutkan tren bulan sebelumnya, suku bunga kredit juga mengalami penurunan yang mencerminkan pengaruh pelonggaran kebijakan moneter melalui transmisi suku bunga. Rata-rata suku bunga kredit perbankan tercatat sebesar 11,30 persen atau turun 15 basis points (bps) dari bulan sebelumnya.
Pertumbuhan kredit yang masih melambat tersebut, telah memengaruhi pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) yang kembali melambat pada Desember 2017. Posisi M2 tercatat Rp5.418,5 triliun atau tumbuh 8,3 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 9,3 persen (yoy).
Perkembangan tersebut disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan seluruh komponen M2, baik uang beredar dalam arti sempit (M1) maupun uang kuasi. M1 tumbuh melambat dari 13,1 persen (yoy) pada November 2017 menjadi 12,4 persen (yoy). Sementara itu, uang kuasi tumbuh melambat dari 8 persen (yoy) pada November 2017 menjadi 6,8 persen (yoy) pada Desember 2017.
Selain itu, kontraksi operasi keuangan Pemerintah Pusat (Pempus) juga menjadi faktor melambatnya pertumbuhan M2. Kontraksi operasi keuangan Pempus tercermin dari pertumbuhan tagihan bersih Pempus yang minus 5,7 persen (yoy) pada Desember 2017, lebih rendah dari 1,9 persen (yoy) pada November 2017. (*)