Jakarta – Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro dan timnya memprediksi pertumbuhan ekonomi di Kuartal II 2022 akan berada di kisaran 5,2% – 5,3%. Ia mengungkapkan hal ini sejalan dengan dukungan perbaikan belanja masyarakat, pertumbuhan ekspor dan dukungan meningkatnya transaksi di tengah bulan Ramadhan yang lalu.
Dari sisi Konsumsi, Andry mengungkapkan belanja masyarakat sepanjang kuartal II 2022 sudah mencapai level tertinggi sepanjang pandemi. Hal ini ditunjukkan oleh Mandiri Spending Index (MSI) dimana indeks frekuensi belanja berada di level 185,5, sementara indeks nilai belanja naik ke level 159,9, indeks tertinggi sepanjang pandemi.
“Hal ini mengindikasikan pemulihan ekonomi yang signifikan jika dibandingkan dengan periode dua tahun sebelumnya, yang berjalan beriringan dengan pelonggaran mobilitas masyarakat,” kata Andry pada keterangannya, Rabu, 22 Juni 2022.
Selanjutnya, tingkat belanja di semua wilayah di Indonesia juga kembali meningkat sejak awal Maret 2022. Perbaikan tingkat belanja tidak hanya terjadi di wilayah-wilayah yang terimbas kenaikan harga komoditas, namun juga di wilayah yang mengandalkan pariwisata.
Sebagai contoh, tren meningkatnya mobilitas masyarakat membuahkan perbaikan tingkat belanja di wilayah Bali dan Nusa Tenggara yang merupakan salah satu daerah wisata utama.
Pemulihan ekonomi sektoral dari sisi produksi juga menunjukan arah yang semakin solid. Hal ini tercermin dari semakin banyaknya sektor yang level PDB sektoralnya sudah melebihi level sebelum pandemi Covid-19.
Pertumbuhan ekonomi sektoral pun semakin kuat, impor bahan baku dan barang modal meningkat, mengindikasikan pergerakan ekonomi yang terus membaik. Ekspor pun tumbuh memanfaatkan peluang pasar yang membaik di negara-negara tujuan ekspor seiring dengan pemulihan ekonomi global.
Dari sisi Industri Jasa Keuangan, sektor perbankan terus mengalami perbaikan dengan pulihnya permintaan domestik seiring menurunnya kasus dan membaiknya penanganan pandemi. Pertumbuhan kredit terus terakselerasi dan tumbuh positif dan pada bulan April mencapai 9.1%.
Secara year-to-date, pertumbuhan kredit perbankan nasional telah mencapai 3,8%. Di sisi lain, dana pihak ketiga perbankan terus tumbuh tinggi, sebesar 10,1% yoy pada bulan April 2022.
Tingginya pertumbuhan DPK mendorong terjaganya likuiditas perbankan. Rasio loan to deposit (LDR) yang mencerminkan likuiditas perbankan masih rendah pada 80%, meski jika dibandingkan bulan sebelumnya rasio LDR terlihat meningkat sejalan akselerasi pertumbuhan kredit.
“Ke depan, sektor perbankan akan menghadapi tantangan normalisasi kebijakan, terutama dengan adanya kenaikan rasio GWM yang berpotensi mengurangi likuiditas secara bertahap. Namun, kami tetap optimis bahwa intermediasi perbankan akan terus membaik, sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional. Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5.17%, kami melihat pertumbuhan kredit perbankan akan membaik dan mencapai 7.5% pada akhir tahun,” ujar Andry.
Meskipun demikian, ia memberikan catatan bahwa pemulihan ekonomi ke depan akan dihadapkan pada beberapa tantangan yang perlu diwaspadai dan diantisipasi.
Beberapa diantanya yaitu (1) kenaikan harga-harga energi (yaitu minyak, gas dan batubara) dan juga pangan yang akan meningkatkan biaya produksi dan konsumsi; (2) produsen akan meningkatkan harga jual di tingkat konsumen (pass-through); (3) Resiko Rupiah terdepresiasi yang dapat meningkatkan biaya-biaya dari bahan baku impor. (*)