Jakarta–PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatat laba bersih konsolidasi Rp3,8 triliun sepanjang kuartal pertama 2016. Angka itu turun 25,49% dibanding periode yang sama tahun yang tercatat Rp5,1 triliun.
Penurunan laba itu disebabkan oleh kenaikan pencadangan yang dilakukan perseroan, dalam laporan keuangan Perusahaan tercatat Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) naik dari 2,65% ke 3,28%. Hal ini disebabkan oleh kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL) dari 1,81% ke 2,89%.
“Sepanjang triwulan I tahun ini kami berhasil mencatatkan laba bersih hingga Rp3,8 triliun. Kemudian, untuk memperkuat struktur asset produktif yang lebih solid, kami juga telah membentuk pencadangan. Kami optimis dengan langkah-langkah yang kami lakukan, Bank Mandiri secara konsisten dapat terus memperkuat pondasi struktur keuangannya agar dapat terus tumbuh secara berkelanjutan untuk siap menghadapi berbagai tantangan ke depan,” ujar Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu, 15 Mei 2016.
Menurutnya, Bank Mandiri telah melakukan langkah-langkah antisipasi untuk memastikan perseroan tetap tumbuh sehat dan berkelanjutan. Diantaranya adalah dengan membentuk unit special asset management agar dapat menyelesaikan kredit bermasalah dengan lebih fokus, cepat dan tuntas.
“Early warning system dan portfolio selection yang selama ini sudah diterapkan juga semakin dipertajam untuk setiap segmen dan subsegmen yang spesifik. Kami juga melakukan penataan ulang dan pemantauan yang lebih disiplin terhadap pengelolaan portofolio kredit perseroan, baik secara sektoral, segmen maupun geografi,” kata Kartika.
Kendati laba bersih turun, namun Bank Mandiri mencatat laba operasional sebesar Rp 9,7 triliun hingga akhir Maret 2016, tumbuh 15,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 8,3 triliun. Laju kenaikan laba operasional tersebut ditopang oleh pertumbuhan operating income yang meningkat Rp 2,4 triliun atau tumbuh 16,3% menjadi Rp 17,2 triliun. Pertumbuhan tersebut bersumber dari kenaikan pendapatan bunga bersih dan premi bersih sebesar 19,1% menjadi Rp 13,0 triliun dan peningkatan fee based income yang juga tumbuh 8,0% menjadi Rp 4,2 triliun.
“Kami bersyukur atas pencapaian ini karena membuktikan Bank Mandiri tetap dapat mengelola produktivitas asset, liabilities dan bisnis transaksionalnya dengan baik ditengah tantangan perlambatan kondisi ekonomi domestik dan internasional serta insiatif perseroan yang mulai melakukan penuruan suku bunga menuju single digit secara bertahap,” kata Kartika.
Disisi lain, kepercayaan masyarakat kepada Bank Mandiri pun terus tumbuh, yang ditunjukkan dengan naiknya penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) menjadi Rp 655,1 triliun pada akhir Maret 2016 dari Rp 628,7 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. Dari pencapaian tersebut, total dana murah (giro dan tabungan) yang berhasil dikumpulkan Bank Mandiri mencapai Rp 406,5 triliun, yang terutama didorong oleh peningkatan tabungan sebesar Rp 18,2 triliun menjadi Rp 248,8 triliun.
Sebagai upaya untuk meningkatkan pengumpulan dana masyarakat melalui peningkatan kenyamanan bertransaksi, Bank Mandiri terus mengembangkan jaringan kantor cabang, jaringan elektronik, maupun jaringan layanan lainnya. Hingga Maret 2016, Bank Mandiri telah menambah 143 unit kantor cabang menjadi 2.460 unit, menambah 248 unit jaringan mikro baru sehingga menjadi 2.079 unit mikro serta memasang 2.008 unit ATM menjadi 17.452 unit. (*)
Editor: Paulus Yoga