Jakarta – Bank Dunia (World Bank) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2017 menjadi 5,1 persen, dari sebelumnya 5,2 persen. Namun demikian, Bank Dunia meyakini, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun depan akan tetap berada di kisaran 5,3 persen.
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves menilai, diturunkannya proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional di 2017 ini sejalan dengan konsumsi sektor swasta yang belum terakselerasi meski tumbuh cukup baik. Terlebih, konsumsi pemerintah di kuartal II mengalami kontraksi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. “Konsumsi tumbuh, tapi tidak terakselerasi. Penjualan ritel lemah,” Rodrigo Chaves, di Jakarta, Selasa 3 Oktober 2017.
Meskipun kontribusi konsumsi masih konstan, namun Bank Dunia meyakini pembentukan modal tetap bruto atau investasi akan menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan tahun ini. Namun, harus diakui bahwa perekonomian Indonesia saat ini masih dalam masa transisi reformasi yang dilakukan pemerintah.
Baca juga: BKPM, Ekonomi RI Tak Harus Bergantung pada USD
“Perekonomian masih menyesuaikan diri dengan reformasi baru-baru ini. Sementar dampak pertumbuhan membutuhkan waktu untuk terealisasi,” ucapnya.
Di sisi lain, kata dia, pertumbuhan ekonomi nasional yang diyakini akan membaik di tahun depan tersebut, akan ditopang oleh faktor eksternal yang mendukung, serta konsumsi domestik yang mulai menunjukkan pemulihan. “Reformasi perekonomian juga terus berlanjut, dan secara bertahap memberikan dampak,” paparnya.
Bank Dunia juga memperkirakan, konsumsi swasta tahun depan akan semakin menguat seiring dengan kenaikan upah riil dan peningkatan lapangan kerja. Sementara investasi swasta akan mendapatkan keuntungan dari penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia yang akan berdampak pada penurunan biaya pinjaman. (*)
Editor: Paulus Yoga