Perbankan

Bank dan Fintech Harus Kolaborasi

Jakarta – Perkembangan Financial Techonology (fintech) memang belum terlalu lama, tapi siapa sangka penetrasinya terlihat cepat.

Hanya dalam berapa tahun saja, industri fintech sudah terasa begitu dekat dengan masyarakat. Fintech seperti memiliki surprise-surprise baru dari waktu ke waktu. Beberapa industri fintech di Indonesia telah memunculkan era disrupsi sejak 2014, mulai dari kemunculan Gojek, Gocar, Gopay, Uber, Grabbike, Modalku dan UangTeman.

Ketua Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia, Anggoro Eko Cahyo pun menyinggung bagaimana posisi bank saat ini di tengah perkembangan fintech tersebut. Menurutnya, teknologi finansial yang sedang merambah ke segala hal dan semakin berkembang tidak bisa dilepaskan dari Bank. Keduanya memiliki keterhubungan satu sama lain.

“Ke depan, bank dan fintech harus kolaborasi. Fintech cepat, tapi bank menguasai data dan behaviour nasabah. Bank sebagai institusi lama dan terstruktur punya kemampuan baik dan tepat bila berkolaborasi dengan kecepatan fintech,” ujarnya di Jakarta, Rabu, 4 April 2018.

Anggoro menambahkan, bank memiliki rules penting untuk data transaksi hingga create bisnis modal dengan berbagai industri, namun bank tidak terlihat dalam peran penting kepada end customer. Sehingga bila berkolaborasi, fintech yang kemudian menjangkau nasabah.

Baca juga: 15 Penyelenggara Fintech Sistem Pembayaran Sudah Terdafatar di BI

“Tapi setelah itu, sesuai kebijakan Bank Indonesia melalui Gerbang Pembayaran Nasional (GPN), transaksi tetap di settle oleh bank. Itu benar karena transaksi harus di tempat secure. Saat pembayaran kembali ke bank, harta kekayaan dan data nasabah aman maka tidak terjadi fraud,” tambahnya.

Selaras dengan Anggoro, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Sugeng, mengatakan bila kolaborasi antara bank dan fintech bisa memperluas basis nasabah. Ia pun memaparkan peluang dan tantangan bagi industri fintech.

Peluang tersebut diantaranya indikasi positif terhadap konsumen seperti kesempatan akses berbagai layanan keuangan pembayaran, investasi cepat dan murah serta indikasi positif terhadap industri yakni mengasah industri kompetitif dan efisien. Sementara itu, tantangan berupa cyber security, cyber attack, fragmentasi dan daya saing.

“Saat ini pelaku industri berlomba menyongsong ekonomi digital tapi tidak terhubung satu sama lain sehingga menyebabkan inefisiensi dan menyulitkan masyarakat. Kemudian, pertumbuhan e-commerce belum diikuti peningkatan industri pertumbuhan domestik. Maka perlu adanya pendekatan berimbang agar bisa mendorong inovasi dan memitigiasi resiko yang ada,” pungkasnya. (Ayu)

Apriyani

Recent Posts

Daftar Lengkap UMP 2026 di 36 Provinsi, Siapa Paling Tinggi?

Poin Penting Sebanyak 36 dari 38 provinsi telah menetapkan UMP 2026, sesuai PP 49/2025 yang… Read More

5 mins ago

UMP 2026 Diprotes Buruh, Begini Tanggapan Menko Airlangga

Poin Penting Pemerintah memastikan formulasi UMP 2026 telah memasukkan indikator ekonomi seperti inflasi, indeks alfa,… Read More

46 mins ago

Aliran Modal Asing Rp3,98 Triliun Masuk ke Pasar Keuangan RI

Poin Penting Modal asing masuk Rp3,98 triliun pada 22–23 Desember 2025, dengan beli bersih di… Read More

1 hour ago

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

20 hours ago

Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Selamatkan Kekayaan Negara

Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More

21 hours ago

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatra

Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More

21 hours ago