Perkembangan teknologi informasi dewasa ini diharapkan bisa mendukung bisnis perbankan semakin ciamik lagi. Ria Martati
Jakarta–Persaingan bank-bank dalam berebut bisnis mulai beranjak ke babak baru, perang teknologi layanan. Sebut saja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) yang membelanjakan sekira USD200 juta untuk membuat satelit sendiri.
Meski alsi ini diklaim BRI hanya untuk meningkatkan layanan, namun nyatanya Bank tetangganya pun tak bisa tidur nyenyak. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (Bank Mandiri) sudah berancang-ancang memperkuat layanan digitalnya. Perseroan akan melakukan tiga tipe investasi untuk menggiatkan teknologi digital banking-nya. Pertama adalah tipe investasi yang di-drive oleh bank yaitu dengan menggandeng perusahaan asal Korea Selatan untuk membentuk perusahaan patungan yang akan menangani transaksi pembayarannya serta mengelola EDC (Electronic Data Capture). Kendati demikian, Direktur Finance and Strategy Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo masih bungkam soal calon rekanannya tersebut. Menurutnya Mandiri sebagai salah satu pemain terbesar sistem pembayaran akan melakukan inisiatif tersebut karena selama ini Indonesia belum memiliki perusahaan acquierer lokal.
“Di Korea kan enggak ada visa-master, semua switching dibikin sama local company. Indonesia ingin ke depan kayak gitu, enggak perlu switching luar negeri, kita sebagai pemain tebesar menginisiasi itu,” kata dia.
Selain mendirikan perusahaan patungan untuk mengelola transaksinya, Bank Mandiri juga menyiapkan dana Rp500 miliar untuk anak usaha venture capital yang baru didirikan. Nantinya perusahaan patungan tersebut akan digunakan untuk melakukan akuisisi terhadap perusahaan swicthing bersama-sama dengan anak usaha bank BUMN lainnya yang tergabung dalam Himbara (Himpunan Bank-bank Milik Negara).
Seperti diketahui, Himbara berminat untuk melakukan akuisisi terhadap perusahaan switching ATM untuk memuluskan rencana sinergi ATM Himbara atau dikenal dengan Himbara Link. Bank Mandiri, sesuai kesepakatan anggota Himbara lainnya telah ditunjuk sebagai pelaksana untuk proses penunjukan konsultan rencana akuisisi tersebut. Pembentukan perusahaan venture capital tersebut ke depan juga diharapkan menambah kehandalan fitur-fitur layanannya. Bank Mandiri juga akan mengembangkan uang elektroniknya, E-Cash melalui anak usahanya Mandiri Manajemen Investasi. E-Cash akan dikembangkan menjadi satu-satunya alat pembayaran transaksi e-commerce.
“Harapannya nanti, e-cash itu bukan hanya sebagai phone to phone platform, tapi mesti bicara tim gateway, arahnya emang universal payment platform untuk e-commerce transaction. Uang virtual kan belum ada switching-nya. Jadi di-cash on dulu, baru transfer bank ke bank, kalau sudah ada single currency yang bisa diterima oleh e-commerce provider, nanti bisa dipakai buat payment macem-macem,” tandasnya.
Soal e-commerce, Mandiri juga mengincar perusahaan e-commerce di bidang payment system.
Lalu bagaimana nasib bank lain dalam mengejar ketertinggalannya dari bank-bank besar? Bank Pembangunan Daerah (BPD) sudah memulai langkah awal untuk memperbaiki layanannya. Mengatasi keterbatasan jaringan kantor, BPD mulai menggalang kekuatan bekerja sama memperbaiki layanan melalui BPD Net. Bank-bank daerah tersebut juga telah memiliki anak usaha switching sendiri untuk mengelola sistem pembayaran mereka. Dengan kerja sama tersebut, teknologi bank daerah mendapat dukungan dalam program Laku Pandai, dan pengembangan e-channel.
Sementara bank BUKU I, seperti Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE) mulai melirik masa depan melalui perbaikan sistem teknologi informasi. Digital banking diakui menjadi solusi masa depan perbankan, tak hanya untuk bank besar tapi justru juga untuk bank kecil yang masih memiliki berbagai keterbatasan seperti keterbatasan jaringan kantor dan dana investasi. Untuk mendukung upaya tersebut, BKE akan menggandeng perusahaan provider dan berbagi fee.
Direktur Utama BKE, Sasmaya Tuhuleley hari ini meresmikan layanan terbaru berbasis electronic channel yaitu SMS Banking. Sasmaya mengatakan BKE telah mengembangkan produk SMS Banking ke tahap yang lebih baik dan memudahkan nasabah untuk menggunakan layanan pesan singkat dalam memenuhi kebutuhan transaksi seperti transfer dana, isi ulang pulsa, bayar listrik, telepon, membeli token listrik, info saldo, membayar tagihan internet, tv berbayar, pembayaran tiket pesawat, tiket kereta api dan lain-lain.
“SMS Banking Bank Kesejahteraan memiliki fitur yang lebih lengkap serta lebih mengerti kebutuhan para nasabah sehingba dapat mempermudah aktfiitas transaksi perbankan mereka,” kata Sasmaya kepada Infobank di Jakarta, Selasa, 17 November 2015.
Dia mengatakan, BKE memang akan fokus pada pengembangan sistem IT untuk mendukung operasional bank agar lebih efisien. Ia menyebut BKE tak perlu berinvestasi mahal dalam memberikan layanan SMS banking tersebut. Pasalnya, BKE menggandeng mitra provider dan berbagi fee dengan mitranya tersebut.
Menurutnya, perseroan tak hanya akan mengembangkan sistem IT Perseroan tapi juga akan mengembangkan sistem IT mitra-mitra koperasinya. Dengan sistem IT tersebut, Perseroan akan memiliki perpanjangan tangan di seluruh Indonesia. Seperti diketahui, saat ini 80% kredit BKE disalurkan melalui sistem chaneling dengan mitra koperasi yang saat ini mencapai 12 ribu koperasi di seluruh Indonesia.
“Kita sedang ingin mengembangkan branchless dengan koperasi pegawai negari. Kita sedang membuat IT koperasi yang akan kita berikan cuma-cuma ke koperasi, dalam hardware dan software-nya ada standarisasi laporan keuangan, supaya mereka mengikuti best practise pembukuan,pinjaman juga akan dibuat standarisasi juga, supaya proses pemberian kredit lebih prudent,” tandasnya.
Seperti diketahui, salah satu pemilik BKE adalah Induk Koperasi Pegawai Republik Indonesia (IKPRI), sehingga Perseroan banyak menggunakan jaringan koperasi pegawai negeri di seluruh Indonesia. (*)