Poin Penting
- Pemprov Bali ajukan peremajaan kakao di Jembrana dan Tabanan untuk meningkatkan produktivitas perkebunan tua.
- Luas perkebunan kakao Bali 13.398 ha, dengan 2.087 ha tanaman rusak; produktivitas rata-rata di bawah 500 kg/ha per tahun.
- Kakao Bali menembus pasar ekspor ke Prancis, Belanda, Belgia, Jepang, Australia, dan Inggris; peremajaan diharapkan tingkatkan kualitas dan volume.
Bali – Pemerintah Provinsi Bali mengajukan program peremajaan tanaman kakao sebagai langkah strategis untuk mendukung produktivitas perkebunan berorientasi ekspor.
“Kami mohon benih ke pusat untuk di Kabupaten Jembrana dan Tabanan, sudah mengajukan melalui e-proposal,” ujar Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Dewa Ayu Nyoman Budiasih, dalam Kunjungan Kerja Media “Kontribusi Kakao untuk APBN dan Perekonomian Nasional”, di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Senin, 24 November 2025.
Peremajaan dianggap penting karena sebagian besar tanaman kakao di Bali sudah tua, berusia lebih dari 20 tahun, dan banyak yang mengalami kerusakan.
Baca juga: BPDP Kemenkeu Genjot Peremajaan 5.000 Hektare Perkebunan Kakao Nasional
Berdasarkan data 2024, luas perkebunan kakao di Bali mencapai 13.398 hektare, dengan total produksi 4.868 ton, atau rata-rata 461 kg per hektare per tahun.
Perkebunan tersebar di delapan kabupaten, dengan tiga daerah terluas, yaitu Jembrana (6.340 ha), Tabanan (4.529 ha), dan Buleleng (1.169 ha).
Sementara itu, paparnya, jumlah tanaman rusak atau tidak menghasilkan mencapai 2.087 hektare, terutama di Jembrana (1.114 ha) dan Tabanan (498 ha).
Produktivitas rata-rata di bawah 500 kg per hektare per tahun, kecuali Jembrana yang mencapai 687 kg karena sebagian besar tanaman sudah tua.
“Hasil produktivitas di Bali rata-rata masih rendah, di bawah 500 kilogram per hektare per tahun kecuali Jembrana yang 687 kilogram karena kebanyakan (tanaman) sudah tua di atas 20 tahun,” bebernya.
Baca juga: LPEI Dorong Peningkatakn Ekspor Biji Kakao dari Desa Nglanggeran
Selain peremajaan, Budiasih menyebut potensi pengembangan kakao masih tersedia seluas 2.417 hektare, dengan Jembrana 359 hektare dan Tabanan 2.057 hektare
Bali dikenal sebagai penghasil kakao premium, dengan produk yang menembus pasar ekspor seperti Prancis, Belanda, Belgia, Jepang, Australia, dan Inggris.
“Peremajaan tanaman diharapkan tidak hanya meningkatkan produksi, tetapi juga kualitas dan kapasitas ekspor kakao Bali ke pasar global,” pungkasnya. (*)









