Moneter dan Fiskal

Awas! Gegara Trump, Indonesia Bisa Kebanjiran Produk China

Aceh – Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa kebijakan pengenaan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke China, Meksiko hingga Kanada akan berdampak bagi perekonomian Indonesia. 

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juli Budi Winantya mengatakan meski dampak kebijakan tarif impor AS tidak secara langsung memengaruhi ekonomi RI, namun efek kebijakan Trump tersebut akan terasa apabila perekonomian China sebagai negara sasaran tarif impor AS terpuruk.

“Dampak dari peningkatan, dari ketidakpastian ini yang terutama terkait dengan tarif Trump itu di satu sisi memang ada risiko, terutama terkait dengan Tiongkok (China),” kata Juli dalam Pelatihan Media di Kantor Perwakilan BI Aceh, Jumat, 7 Februari. 

Juli menjelaskan hal tersebut terjadi karena China merupakan salah satu negara mitra dagang utama Indonesia. Sehingga, pelemahan ekonomi China akibat kebijakan tarif impor AS dapat mengancam kinerja ekspor Indonesia.

Baca juga: DEN Beri Rekomendasi Antisipasi ke Presiden Prabowo Menghadapi Kebijakan Trump

“Tiongkok itu mitra dagang utama kita. Sehingga yang terjadi dengan Tiongkok tentunya akan berpengaruh ke kita. Risikonya bisa dari ekspor kita yang melambat. Karena pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat,” ujarnya.

Lebih lanjut, terdapat peluang ekspor dari pangsa pasar yang ditinggalkan oleh China. Produk-produk yang dihasilkan Indonesia bisa terserap di negara-negara yang sedang perang dagang.

Menurutnya, hal ini akan berimbas pada pasar Indonesia yang akan dibanjiri oleh produk buatan China. Sebab, kebijakan tarif impor AS yang lebih tinggi terhadap produk-produk China

“Karena produk Tiongkok itu tidak bisa dijual lagi ke AS. Sehingga bisa juga jadi membanjiri masuk ke Indonesia. Itu dari sisi risikonya ya,” ungkapnya.

Namun sisi positifnya, tambah Juli, Indonesia memiliki peluang untuk mengambil keuntungan dari kebijakan tarif impor AS. Antara lain dengan meningkatkan volume ekspor untuk mengisi pasar yang ditinggalkan China.

Baca juga: Begini Respons China Usai Indonesia Resmi jadi Anggota BRICS

“Opportunity-nya bisa kita ambil dari peluang ekspor yang bisa kita ambil dari bangsa ekspor yang ditinggalkan Tiongkok,” tambhanya.

Sementara dari sisi investasi, Juli menyampaikan Indonesia juga berpotensi mendapatkan limpahan investasi dari China maupun negara lainnya yang terdampak kebijakan tarif impor AS.

“Kalau teman-teman mungkin kita flashback pada waktu 2017-2018 waktu penerapan tarif. Pada waktu Trump 1.0. Itu kan perintahnya adalah banyak perusahaan yang merelokasi operasinya dari Tiongkok ke Vietnam,” pungkas Juli. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

Dukung Pemulihan, BTN Salurkan Bantuan Rp13,17 Miliar untuk Korban Bencana Sumatra

Poin Penting BTN telah menyalurkan total bantuan Rp13,17 miliar melalui Program TJSL untuk korban bencana… Read More

4 hours ago

Obligasi Hijau, Langkah Pollux Hotels Menembus Pembiayaan Berkelanjutan

Poin Penting Pollux Hotels Group menerbitkan obligasi berkelanjutan perdana dengan penjaminan penuh dan tanpa syarat… Read More

18 hours ago

BRI Bukukan Laba Rp45,44 Triliun per November 2025

Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More

1 day ago

Jadwal Operasional BCA, BRI, Bank Mandiri, BNI, dan BTN Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More

1 day ago

Bank Jateng Setor Dividen Rp1,12 Triliun ke Pemprov dan 35 Kabupaten/Kota

Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More

1 day ago

Pendapatan Tak Menentu? Ini Tips Mengatur Keuangan untuk Freelancer

Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More

1 day ago