Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengingatkan perbankan terkait dengan pendapatan bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM) yang masih tetap tinggi di tengah tren suku bunga rendah. Padahal BI telah mempertahankan bunga acuan di level 3,5% sejak Februari 2021 hingga Juli 2022.
Demikian disampaikan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti di Jakarta, 23 Agustus 2022. Dirinya mengiyakan bahwa NIM di Indonesia masih cukup tinggi saat ini. Namun begitu, BI terus memantau suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan yang wajib dilaporkan secara berkala.
“Kita tetap pantau, SBDK setiap saat trennya terus mengalami penurunan. Memang kita melihat, beberapa bank khususnya bank digital memang relatif lebih tinggi. Akan kami pantau, dan kami melihat dari pertumbuhan kredit masih sangat tinggi bahkan data Juli kredit tumbuh di atas 10%,” ujar Destry.
Seperti dikutip dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tercatat, rasio net interest margin (NIM) perbankan di Juni 2022 mencapai 4,69% atau mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu yang sebesar 4,56%.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun mengatakan, sejumlah bank sudah menurunkan suku bunga kreditnya. Meski demikian, menurut Bank Indonesia memang suku bunga perbankan masih dalam tren menurun, namun dengan besaran yang semakin terbatas atau masih lambat.
“Sejumlah bank penurunan suku bunganya masih lambat, salah satunya karena biaya operasional yang masih tinggi,” ungkap Perry.
Berdasarkan laporan Bank Indonesia, di pasar dana, suku bunga deposito 1 bulan perbankan turun sebesar 54 bps sejak Juli 2021 menjadi 2,89% pada Juli 2022. Di pasar kredit, suku bunga kredit menunjukkan penurunan 53 bps pada periode yang sama menjadi 8,94%.
Kendati begitu, lanjut Perry, intermediasi perbankan melanjutkan perbaikan dan mendukung pemulihan ekonomi. Bank Indonesia mencatat, pertumbuhan kredit pada Juli 2022 tercatat sebesar 10,71% (yoy), yang ditopang oleh peningkatan di seluruh jenis kredit dan pada sebagian besar sektor ekonomi.
Dari sisi permintaan, kata Perry, peningkatan intermediasi ditopang oleh pemulihan kinerja korporasi yang terus berlanjut, tercermin dari tingkat penjualan dan belanja modal yang tetap tumbuh tinggi, terutama di sektor Pertanian, Pertambangan, Industri, dan Perdagangan.
Sedangkan konsumsi dan investasi rumah tangga yang membaik sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan optimisme konsumen juga mendukung peningkatan permintaan kredit perbankan. Di segmen UMKM, pertumbuhan kredit UMKM tercatat sebesar 18,08% (yoy) pada Juli 2022, terutama didukung oleh segmen mikro dan kecil. (*)