News Update

Awas! Bank Bobol Karena Serangan Siber, Bisa Berdampak Sistemik

Jakarta – Digitalisasi sedang melanda perbankan Indonesia. Banyak bank berlomba menyediakan layanan perbankan berbasis digital yang mumpuni. Tapi, di balik euforia bank digital, ada risiko besar yang mengintai, yakni kejahatan siber (cyber crime).

Heru Kristiyana, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Merangkap Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan, dalam digitalisasi, termasuk digitalisasi di sektor perbankan ada isu besar mengenai perlindungan data nasabah dan risiko siber. Bank-bank harus memahami betul situasi ini.

“Bisa dibayangkan kalau bank dibobol karena masalah siber, bisa rush. Kita tidak mau seperti itu, itu bisa jadi risiko sistemik,” kata Heru dalam diskusi dengan redaktur media massa, yang juga dihadiri Infobank, Selasa, 14 Desember 2021.

Terkait dengan risiko siber ini, Heru menambahkan, OJK akan mengeluarkan peraturan yang terkait dengan keamanan siber. “Poin-poinnya antara lain mengenai keamanan data, out source teknologi, dan tata kelola,” tukasnya.

Perbankan digital, diakui oleh Heru merupakan masa depan perbankan nasional dan banyak pihak yang juga mengakui hal ini. OJK sendiri menginginkan bank-bank nantinya bisa menjadi super-app yang bisa melayani nasabah dalam banyak hal dengan ekosistem yang ada.

“Untuk itu, kami siapkan regulasinya. Jika tidak disiapkan dari sekarang, bagaimana bank bisa melangkah ke depan, di era digital ini. Di sisi pengaturan dan pengawasan juga, ke depan kami harus lebih agile dan adaptif,” pungkasnya.

Berdasarkan data OJK, sampai dengan September 2021 ada 1.588 bank yang beroperasi di Indonesia. Rinciannya, 107 bank umum dan 1.481 bank perkreditan rakyat (BPR). Adapun total aset industri perbankan nasional adalah Rp9.897,76 triliun.

Sementara mengutip keterangan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), pada Januari hingga Agustus 2021, terdapat 888,71 juta serangan siber ke Indonesia. Serangan itu ditujukan ke berbagai institusi, mulai dari pemerintahan, militer, lembaga pendidikan, hingga korporasi termasuk di sektor jasa keuangan.

Kemudian, di akhir Oktober lalu, Direktorat Operasi Keamanan Siber BSSN mendeteksi indikasi peningkatan jumlah serangan siber yang dilakukan oleh kelompok peretas yang terindikasi berasal dari salah satu negara Amerika Latin. Kelompok itu, menurut BSSN, menargetkan sistem elektronik di berbagai kementerian dan lembaga, militer, akademik, dan sektor lainnya.

Untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan, BSSN mengimbau seluruh pengelola sistem elektronik berbagai institusi dan organisasi di Indonesia untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan keamanan sistem elektronik. (*) Ari Nugroho

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Resmi Diberhentikan dari Dirut Garuda, Irfan Setiaputra: Saya Terima dengan Profesional

Jakarta - Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Jumat, 15 November 2024,… Read More

38 mins ago

IHSG Ditutup Bertahan di Zona Merah 0,74 Persen ke Level 7.161

Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, 15 November 2024, masih ditutup… Read More

47 mins ago

Naik 4 Persen, Prudential Indonesia Bayar Klaim Rp13,6 Triliun per Kuartal III-2024

Jakarta - PT Prudential Life Assurance atau Prudential Indonesia mencatat kinerja positif sepanjang kuartal III-2024.… Read More

2 hours ago

Kebebasan Finansial di Usia Muda: Tantangan dan Strategi bagi Gen-Z

Jakarta - Di era digital, keinginan untuk mencapai kebebasan finansial pada usia muda semakin kuat,… Read More

2 hours ago

BPS Catat IPM Indonesia di 2024 Naik jadi 75,08, Umur Harapan Hidup Bertambah

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat indeks pembangunan manusia (IPM) mencapai 75,08 atau dalam… Read More

3 hours ago

Caturkarda Depo Bangunan (DEPO) Raih Penjualan Rp2,02 Triliun di Kuartal III-2024

Jakarta - PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk (DEPO) hari ini mengadakan paparan publik terkait kinerja… Read More

3 hours ago