Jakarta – Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9:00 WIB (23/10) indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali dibuka pada zona merah ke level 6.840 atau melemah 0,13 persen.
Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan hari ini, sebanyak 662 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 24 ribu kali, serta total nilai transaksi tercatat mencapai Rp175 miliar.
Kemudian, tercatat terdapat 140 saham terkoreksi, sebanyak 139 saham menguat dan sebanyak 251 saham tetap tidak berubah.
Baca juga: Percepatan Belanja Pemerintah Hingga Anggaran Pemilu 2024 Bakal jadi Sentimen Positif IHSG
Sebelumnya, Head of Retail Research Analyst BNI Sekuritas, Fanny Suherman melihat bahwa IHSG secara teknikal hari ini berpotensi tes support di level 6.820 dan jika break di bawah itu hati-hati karena terdapat potensi koreksi ke level 6.720.
“Hal ini karena masih ada resiko outflow efek kenaikan yield US yang berimbas ke pelemahan Rupiah dan kenaikan BI rate, dengan level support IHSG berada di 6.800-6.820 dan level resistance IHSG berada di 6.880-6.930,” ucap Fanny dalam risetnya di Jakarta, 23 Oktober 2023.
Pada perdagangan Jumat lalu indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah sebesar 0,86 persen, begitu juga dengan S&P 500 yang terkoreksi sebesar 1,26 persen, sementara indeks Nasdaq turut melemah sebesar 1,53 persen, Yield US Treasury 10 tahun melampaui 5 persen untuk pertama kalinya dalam 16 tahun pada hari Kamis.
“Bank-bank regional mengalami penurunan karena kenaikan suku bunga meningkatkan kekhawatiran tentang eksposur sektor ini terhadap penurunan nilai US Treasury. Regions Financial memimpin penurunan setelah laporan kinerja yang lemah, turun lebih dari 12 persen,” imbuhnya.
Baca juga: IHSG Hari Ini Rawan Terkoreksi, Cek 4 Rekomendasi Saham Berikut
Sementara itu, hampir semua bursa di kawasan regional Asia Pasifik mengalami pelemahan, dimana penurunan signifikan dibukukan oleh bursa Australia, diikuti oleh bursa China, hal ini terjadi setelah Jerome Powell menyatakan bahwa inflasi AS masih terlalu tnggi dan menginginkan penurunan pertumbuhan ekonomi.
Adapun Jepang melaporkan inflasi September 2023 sebesar 3,0 persen yoy, turun dibandingkan bulan sebelumnya, dengan PMA Indonesia pada kuartal III-2023 naik 16,2 persen yoy, sedangkan Hong Kong menyampaikan inflasi September 2023 sebesar 2,0 persen yoy, di atas ekspektasi. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra