Jakarta – Ketua Umum Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (BPD), Supriyatno mengungkapkan sistem pasar terbuka pada ekosistem perbankan saat ini menyebabkan inefisensi pada layanan keuangan. Kompetisi yang ada saat ini, antara Bank BUMN, BPD dan BPR menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan bunga kredit masih relatif tinggi di kisaran 10%.
Menurutnya, diperlukan sinergi lebih lanjut antara Bank BUMN (sebagai anchor bank) dengan BPD se-Indonesia. Selanjutnya, BPD akan bekerja sama lebih lanjut dengan BPR sehingga terjadi integrasi keuangan yang efisien.
“Ada satu hal yang belum dilakukan oleh perbankan nasional, yakni terkait dengan disiplin pasar atau market dicipline. Pasar kita terbuka, padahal di daerah kita adalah pemain utama. Kalau masalah ini bisa disentuh, kami rasa ini akan jadi titik temu dari BPD dan BPR di daerah untuk berkolaborasi,” ujar Supriyatno dalam Forum Holdingisasi BPD “Peran Pemilik dan Pengurus dalam Memajukan dan Membuat BUMD Semakin Adaptif Pada Era Digital” yang diselenggarakan Infobank, di Solo, Kamis, 19 Mei 2022.
Hingga akhir 2021, kinerja BPD Indonesia secara umum masih terus baik, meski di tengah pandemi. Menurut data Asbanda, penyaluran kredit BPD se-Indonesia juga mencapai Rp516 triliun, naik dari tahun sebelumnya sebesar Rp489 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga terus tercatat tumbuh mencapai Rp682 triliun di akhir tahun 2021. Kinerja yang baik turut meningkatkan aset BPD Indonesia menjadi Rp861 triliun.
Sementara, rasio keuangan juga terjaga baik. Salah satunya adalah rasio NPL yang semakin menurun dan berada pada kisaran 2,54% pada 2021. Angka ini masih dibawah ketentuan otoritas. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra