Jakarta – Hari ini, Rabu, 25 September 2019, Universitas Indonesia (UI) memiliki rektor baru. Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met yang sebelumnya menjabat sebagai rektor UI sejak 2014, digantikan oleh Prof. Ari Kuncoro, S.E, M.A, Ph.D. Ia terpilih setelah menang dalam voting suara di Makara Art Center UI Depok, dan memperoleh total 17 suara, unggul dari dua calon rektor lain. Alhasil, Ari, panggilan akrabnya, resmi menjadi Rektor UI periode 2019-2024.
Sebelumnya, Ari adalah Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) di kampus kuning itu. Sepak terjang Ari di dunia akademisi tidak diragukan. Ia memperoleh gelar sarjana ekonomi dengan konsentrasi ekonomi moneter dari FEB UI, master of arts dari University of Minnesota dan gelar Ph.D bidang Ilmu Ekonomi dari Brown University.
Kemudian, Ari memulai kariernya di Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat (LPEM) FEB UI pada tahun 1986 sebagai asisten peneliti dan diangkat menjadi Research Associate pada 1994. Bidang penelitian yang digelutinya adalah ekonomi pembangunan, ekonomi perkotaan, ekonometrika dan organisasi industri.
Ari juga seorang Guru Besar dalam bidang Ilmu Ekonomi di FEB UI yang aktif dalam berbagai kerjasama penelitian, salah satunya dengan National Bureau of Economic Research (NBER). Hingga kini, beliau juga aktif di kegiatan luar kampus seperti menjadi anggota East Asian Economist Association dan menjadi professor tamu di Brown University dan Australian National University.
Selain fokus terhadap dunia akademisi dan pendidikan, Ari juga menyoroti perkembangan ekonomi di Indonesia. Dalam diskusi dengan Infobank minggu lalu, agar perekonomian Indonesia menjadi lebih baik, ada banyak hal yang harus diperbaiki. Yang paling mendasar adalah mindset. Bangsa ini harus memahami data dan mengenali kekuatannya sendiri sampai ke akar rumput.
“Jadi, stareginya harus strategi supply chain, siapa yang menguasai data supply chain, itulah super power,” ujar Ari yang juga menjadi Dewan Ahli Majalah Infobank ini, saat ditemui tim Infobank di LPEM UI Salemba, Jakarta, Senin (16/09) lalu.
Ari pun mengomentari ramalan krisis keuangan 2020. Menurutnya, krisis keuangan bisa saja terjadi tahun depan, atau molor hingga 2021, karena pemotongan pajak oleh presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Namun, tiap negara, terutama Indonesia harus berisap akan dampak dari perang dagang yang mungkin bisa terjadi di awal tahun depan.
“Kiatnya adalah setiap negara punya counter strike. Jadi, pada saat resesi pemerintah jangan pelit. Karena hemat itu pangkal resesi, jadi gerakanlah perekonomian seperti transfer desa segala macam, kemudian pemda, nanti kemudian muter. Kuncinya spending,” pungkasnya. (*) Ayu Utami
Poin Penting BTN mendominasi penyaluran KPR FLPP nasional dengan 182.952 unit pada 2025, setara sekitar… Read More
Poin Penting Pembahasan UMP DKI Jakarta memasuki tahap akhir dan ditargetkan rampung serta diumumkan hari… Read More
Poin Penting BRI menyalurkan KUR Rp147,2 triliun kepada 3,2 juta debitur UMKM hingga akhir Oktober… Read More
Poin Penting Bank Mandiri membagikan dividen interim Rp9,3 triliun atau Rp100 per saham tahun buku… Read More
Poin Penting BRI memperkuat diversifikasi bisnis melalui segmen konsumer dan layanan bullion/bank emas sebagai sumber… Read More
Poin Penting Undisbursed loan per November 2025 masih tinggi Rp2.509,4 triliun atau 23,18% dari plafon… Read More