Jakarta – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini (28/1) diperkirakan masih akan melemah terbatas seiring dengan meluasnya virus corona yang dikhawatirkan pasar akan berdampak terhadap perekonomian dunia akibat berkurangnya wisatawan.
Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra kepada infobanknews menjelaskan, meski virus corona masih menjadi kekhawatiran pasar tapi menurunnya yield atau tingkat imbal hasil obligasi AS, menjadi faktor penahan pelemahan rupiah.
“Menurunnya yield atau tingkat imbal hasil obligasi AS terutama tenor 10 tahun, ke level terendah sejak 10 Oktober 2019 di 1.60% bisa mendorong penguatan kembali nilai tukar emerging markets termasuk Indonesia,” kata Ariston di Jakarta, Selasa 28 Januari 2020.
Ariston menilai, penurunan yield obligasi AS ini karena pembelian yang masif akibat penyebaran virus corona dan juga karena ekspektasi kebijakan Bank Sentral AS yang masih longgar di tahun 2020.
Menurutnya saat ini pasar juga menanti keputusan The Fed dalam keputusan mengenai kebijakan moneter pada Kamis (30/1) pukul 02.00 WIB dini hari. Lebih lanjut, Ariston berpendapat rupiah akan bergerak di kisaran Rp13.600/US$ hingga Rp13.640/US$ pada hari ini.
Sebagai informasi, pada perdagangan pagi hari ini (28/1) Kurs Rupiah berada di level Rp13.625/US$ posisi tersebut melemah bila dibandingkan pada penutupan perdagangan kemarin (27/1) yang masih berada di level Rp13.615/US$.
Sedangkan berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, (28/1) kurs rupiah berada pada posisi Rp13.647/ US$ terlihat melemah dari posisi Rp13.612/US$ pada perdagangan kemarin (27/1). (*)
Editor: Rezkiana Np