Moneter dan Fiskal

Antisipasi Tarif Trump, RI Incar Peluang Dagang Baru Lewat BRICS dan CPTPP

Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan potensi Indonesia untuk membuka pasar baru dalam perdagangan internasional, menyusul kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Salah satu arah kerja sama yang dipertimbangkan adalah dengan negara yang tergabung dalam BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).

Airlangga menyatakan bahwa Indonesia akan mengutamakan kerja sama bilateral dan multilateral, baik yang telah disepakati maupun yang sedang dalam proses penyelesaian.

“Antara lain juga Indonesia menargetkan untuk menyelesaikan IU-CEPA dan kami sudah berkomunikasi dengan komisioner di IU-CEPA, mereka pada prinsipnya sekarang sangat terbuka dan sangat ingin agar CEPA ini segera diselesaikan. Jadi ini perubahan yang cukup mendasar,” ujar Airlangga dalam konferensi pers Perkembangan Lanjutan Negosiasi Dagang Indonesia-Amerika Serikat secara Daring, Jumat, 25 April 2025.

Baca juga: Menko Airlangga Temui Menkeu AS Bahas Tarif Trump, Ini Hasilnya

Selain itu, Indonesia juga membuka peluang kerja sama perdagangan dengan BRICS sebagai pasar baru, mengingat RI baru saja resmi menjadi anggota kelompok tersebut.

“Kemudian tentu Indonesia baru masuk menjadi BRICS dan ini juga menjadi akses pasar yang baru,” ungkapnya.

Jajaki CPTPP

Selain itu, Indonesia juga tengah menjalani proses aksesi ke dalam Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP) yang beranggotakan 11 negara, yaitu Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chile, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura dan Vietnam.

“Nah itu akan membuka pasar baru, baik itu United Kingdom (UK), kemudian Meksiko, dan beberapa negara Latin Amerika lain,” pungkas Airlangga.

Baca juga: Sri Mulyani Siap Rombak Aturan Demi Lancarkan Negosiasi Dagang dengan AS

Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menambahkan bahwa Indonesia akan menganalisis lebih lanjut sejumlah peluang pasar dagang baru. Menurutnya, Indonesia masih memiliki daya saing untuk menjalin perdagangan dengan mitra-mitra baru.

“Kita terus melakukan analisa bersama dengan tim Pak Menko dan yang lain. Secara analitik kita bisa mengidentifikasi beberapa dari komunitas Indonesia yang memiliki reveal comparative advantage. Itu biasanya secara teoritis dari perdagangan internasional menggambarkan bahwa komoditi yang memiliki reveal comparative advantage di atas satu itu berarti Indonesia relatif memiliki kemampuan kompetitif,” tandasnya. (*)

Editor: Yulian Saputra

Irawati

Recent Posts

Hashim Djojohadikusumo Raih Penghargaan ‘Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability’

Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More

4 hours ago

Dua Saham Bank Ini Patut Dilirik Investor pada 2026

Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More

4 hours ago

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

5 hours ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

6 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

7 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Berbalik Ditutup Melemah 0,09 Persen ke Level 8.632

Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More

7 hours ago