Jakarta – PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) siap turut serta dalam menggerakkan pertumbuhan sektor riil khususnya yang terkait dengan sektor properti. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi sebagai dampak krisis global yang disebabkan perang dagang dan pelemahan nilai tukar.
Direktur Utama BTN Maryono dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, 6 September 2018 mengungkapkan, untuk mengatasi dampak ketidakpastian isu global yang terjadi saat ini, BTN telah melakukan antisipasi dengan melakukan aksi korporasi dan turut serta dalam menggerakkan sektor riil.
“Jika sektor riilnya berkembang maka akan ada suatu pergerakan ekonomi dan bisa mendorong pertumbuhan secara tidak langsung,” ujarnya.
Terkait dengan pelemahan rupiah yang terjadi, Maryono menegaskan, bahwa hal tersebut tidak berdampak pada bisnis BTN. Pasalnya, outstanding perseroan semuanya dalam bentuk rupiah. “BTN gak ada pengaruh, semua outstanding kita rupiah dan dana kita sebagian besar hampir 100 persen rupiah, jadi gak ada dampak secara langsung,” katanya.
Menurut Maryono, dalam bisnis pembiayaan properti setidaknya ada sekitar 117 industri yang ikut terlibat. Untuk itu, perseroan akan mendorong pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sesuai dengan target yang telah ditetapkan. “Kalau bisnis properti naik, maka semua akan ikut terdorong naik,” ucapnya.
Baca juga: Penerapan indONIA Diharap Transmisi Suku Bunga ke Sektor Riil
Dia mengaku, permintaan kredit saat ini masih cukup bagus, terutama untuk KPR Subsidi. Karena rumah merupakan kebutuhan pokok. “Kalau rumah menengah atas memang ada koreksi, tetapi BTN mayoritas di KPR Subsidi jadi tidak mengganggu kinerja perseroan. Secara umum KPR growth sekitar 19 persen,” tegasnya.
Selain didukung permintaan KPR Subsidi yang tinggi, kata dia, kinerja BTN juga diuntungkan dengan adanya relaksasi aturan Loan to Value (LTV). “Dengan berbagai stimulus tersebut serta kesiapan Bank BTN menggarap berbagai peluang bisnis yang ada, kami yakin tetap mencatatkan realisasi kinerja bisnis sesuai target yang telah ditetapkan,” jelasnya.
Dihubungi terpisah, Kepala Ekonom BCA David Samual menilai, kinerja perbankan nasional masih tangguh di tengah tekanan pasar keuangan yang terjadi saat ini. Bank-bank papan atas di Tanah Air diproyeksikan masih mampu membukukan pertumbuhan kredit double digit meski tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya.
“Kredit mungkin saja bisa menyentuh hingga 12 persen, tapi memang untuk penghimpunan dana masih agak berat karena masih ada tekanan eksternal,” tambah David. (*)