Jakarta – Pergantian rezim atau pemerintahan di Tanah Air, biasanya berdampak pada roda pembangunan yang telah dijalankan oleh rezim sebelumnya. Ini mengakibatkan pembangunan tidak berkesinambungan, dan bahkan bisa berhenti di tengah jalan.
Apalagi saat ini, banyak kritikan terkait pembangunan infrastuktur di era Presiden Joko Widodo (Jokowi). Misalnya terkait dengan pembangunan Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara, yang mendapatkan sejumlah kritikan anggota DPR RI.
Kesinambungan pembangunan ini yang akan menjadi pertanyaan besar ketika rezim pemerintahan baru berkuasa. Seperti diketahui, saat ini sudah ada tiga nama calon presiden (capres) yang siap bertarung di kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Executive Director Segara Research Institute Piter Abdullah mengatakan, terlepas dari pergantian rezim pemerintahan, semua capres dipastikan akan pro pembangunan. Dia menjamin tak ada capres yang secara terbuka menentang pembangunan.
“Mereka pasti memiliki rencana pembangunan ekonomi. Apakah itu melanjutkan program yang ada saat ini atau melakukan program pembangunan yang berbeda,” ujar Piter saat dihubungi Infobanknews baru-baru ini.
Baca juga: Ini Dia Kriteria Capres 2024 Idaman Investor
Dia melanjutkan, setiap capres pasti memiliki rencana pembangunan sendiri. Ganjar Pranowo misalnya, meskipun bisa dipastikan akan melanjutkan program Presiden Joko Widodo (Jokowi), orang nomor satu di Jawa Tengah (Jateng) ini, diyakini memiliki program pembangunan sendiri.
“Ganjar pasti punya program sendiri sebagai upaya perbaikan peningkatan atau percepatan dari program Jokowi. Apalagi Anies yang mengusung perubahan,” ungkapnya.
Senada, Pengamat Politik Zaki Mubarak menyakini semua capres yang bertarung di Pilpres 2024 akan pro pembangunan. Dia melihat dari tiga capres yang bertarung saat ini punya rekam jejak tersendiri dalam hal pembangunan.
“Hanya saja jika dibandingkan Ganjar dan Anies, pembangunan fisik tampaknya lebih banyak Anies. Sebagai contoh Anies telah membangun stadion Jakarta Inernational Stadium (JIS) yang dengan kekurangan dan kelebihannya telah menjadi ikon olah raga nasional,”ungkapnya.
Sedangkan sosok Ganjar Pranowo, Zaki melihat bahwa gubernur Jawa Tengah ini unggul pada sisi komunikasi publik yang bagus. Dia menilai, untuk pembangunan fisik sendiri belum terlihat di Jateng.
“Ganjar unggulannya lebih pada komunikasi publik yang bagus. Pembagunan fisik di Jateng yang monumental sebagai hasil karya Ganjar belum terlihat,” kata Zaki.
Pembangunan erat kaitannya dengan investor. Kehadiran investor tentunya akan mendorong pembangunan lebih masif. Hanya saya, untuk menarik investor berinvestasi bukan suatu hal yang mudah. Selain butuh skema imbal hasil yang jelas dan menguntungkan, sosok atau figur pemimpin juga punya peran penting dalam menggaet investor.
Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, untuk menarik investor asing untuk berinvestasi ke Tanah Air, membutuhkan figur atau sosok presiden yang memiliki lima kriteria khusus.
“Pertama, pastinya harus memiliki komitmen terhadap keterbukaan investasi dan persaingan yang sehat,” kata Bhima.
Kemudian, lanjut Bhima, kriteria yang kedua adalah capres 2024 harus memiliki integritas. Artinya, mereka harus punya rekam jejak yang baik, yakni tidak pernah tersandung ataupun terlibat dalam tindak pidana korupsi.
“Investor kan butuh stabilitas politik jangka panjang. Jadi integritas faktor yang penting. Penanganan korupsi juga bagian dari integritas. Ini akan menjadi salah satu jaminan agar membuat iklim investasi di Indonesia lebih berdaya saing,”ungkapnya.
Kriteria ketiga terkait dengan isu berkelanjutan. Menurut Bhima, saat ini investasi memang mengarah pada Environmental Social Governance (ESG). Sejurus dengan itu, penting halnya para capres 2024 ini memahami konsep investasi yang berkelanutan.
“Capres harus mempunyai perhatian yang terhadap isu berkebelanjutan. Bukan hanya sekadar investasi di Sumber Daya Alam (SDA) atau investasi yang sifatnya ekstraktif,” jelasnya.
Baca juga: PPP-PDIP Bakal Bahas Tim Pemenangan Ganjar Pranowo
Selanjutnya, menurut Bhima, investor asing akan tertarik jika sebuah negara memiliki rencana pembangunan yang visioner. Di mana proyek yang ditawarkan harus selektif dan memiliki imbal hasil yang menarik bagi investor.
“Jadi kalau ada proyek misalnya, seperti Ibu Kota Negara (IKN) ya berapa return invesments yang ditawarkan ke investor, kalau terlalu kecil investor juga nggak mau. Presiden juga harus menawarkan proyek yang jelas sifatnya. Yang punya imbal hasil yang menarik bagi investor,” ujarnya.
Terakhir, soal komunikasi. Dia melihat selama ini masih ada ketimpangan antara peran presiden dan wakil presiden. Ketimpangan ini harus diatasi ke depannya, terutama dalam berkomunikasi dengan para investor.(*)
Jakarta – Bank Indonesia (BI) menyiapkan uang layak edar untuk kebutuhan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025… Read More
Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan bahwa dana Corporate Social Responsibility (CSR) BI… Read More
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Rabu, 18 Desember 2024, kembali… Read More
Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengakui bahwa pemberitaan yang terdapat di berbagai media terkait… Read More
Jakarta - Adira Finance melalui unit usaha syariahnya, bekerja sama dengan Danamon Syariah dan Zurich… Read More
Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membenarkan bahwa terdapat penyidikan di Kantor Pusat BI di… Read More