Jakarta – Perombakan susunan direksi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, (BRI) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Kamis (21/1/2021) lalu disambut positif para ahli dan pengamat BUMN serta perbankan.
Sentimen positif muncul karena BRI dinilai bisa melakukan regenerasi dengan baik. Pendapat ini mengemuka karena ada sejumlah direksi baru dalam struktur kepengurusan BRI yang tergolong sebagai angkatan muda karena usianya belum mencapai 45 tahun.
Dari RUPSLB BRI kemarin, muncul empat nama baru direksi perseroan yakni Amam Sukriyanto sebagai Direktur Bisnis Kecil dan Menengah, Agus Winardono sebagai Direktur Human Capital, Viviana Dyah Ayu Retno sebagai Direktur Keuangan, serta Arga Mahanana Nugraha sebagai Direktur Jaringan dan Layanan. Dua nama terakhir merupakan sosok muda dalam jajaran pengurus baru BRI, karena usianya belum mencapai 45 tahun, tepatnya 43 dan 40 tahun.
Sosok-sosok muda yang ditunjuk sebagai direksi tersebut dinilai memiliki kinerja bagus, dan dipercaya bisa membawa perubahan positif dengan semangat dan harapan baru bagi BRI. Regenerasi talenta dilakukan karena sosok-sosok itu sudah dianggap mampu dan kompeten untuk menduduki posisi strategis di perusahaan.
“Perbankan itu jenis industri yang highly regulated, jadi persyaratan kompetensi dan integritas sangat tinggi. Kalau ada eksekutif yang diusulkan masuk ke jajaran BOD (Board of Director) sekelas BRI berarti sudah dianggap memenuhi persyaratan, dan mereka masuk dalam pipeline talent management di Kementerian BUMN. Bankir usia muda di jajaran direksi berarti regenerasi berjalan baik,” ujar Pengamat BUMN dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Toto Pranoto melalui keterangan resminya di Jakarta, Jumat 22 Januari 2021.
Pendapat senada disampaikan Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah. Menurutnya, kehadiran generasi milenial dalam jajaran direksi bank bukan masalah. Piter yakin pemilihan direksi bank melalui RUPLSB sudah dilakukan sesuai kaidah, dan mereka yang terpilih adalah sosok-sosok berintegritas serta dianggap memiliki kompetensi cukup.
“Apakah milenial dipastikan tidak baik? Atau sebaliknya mereka yang sudah tua pasti baik? Sementara mereka nantinya harus lulus fit and proper test di OJK. Itu artinya (direksi baru) punya kompetensi dan punya integritas. Menurut saya baik-baik saja, CEO perusahaan sekarang ini banyak yang milenial,” tutur Piter.
Sementara itu, Ekonom INDEF Bhima Yudhistira berkata, penunjukkan sejumlah direksi baru BRI dari kalangan milenial cukup menarik. Menurutnya, keberadaan milenial di jajaran pengurus BRI membuka harapan adanya ekspansi digital yang lebih masif dari bank milik negara itu.
“Dengan usia yang masih muda ada harapan BRI makin ekspansi di digital bank khususnya dalam pelayanan ke UMKM. Pemilihan direksi bank yang berusia muda juga berkaitan dengan tantangan dari munculnya neo bank, jenis bank yang full digital. Jadi kita tunggu saja apa kinerja BRI bisa lebih baik dalam pemulihan sektor UMKM ke depannya,” tutur Bhima.
Sebagai catatan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir pernah menyebut keinginannya untuk mulai memberikan 15 persen kursi pengurus di BUMN kepada kelompok perempuan dan generasi milenial. Hal ini dilakukan karena BUMN memiliki salah satu tugas yakni membangun talenta berkualitas.
“Saya ingin komposisi direksi BUMN ada 15% dari perempuan. Saya juga mau ada direksi BUMN ada yang usianya di bawah 40 tahun, jumlahnya paling tidak 15%,” kata Erick, Sabtu (16/1).
BRI sendiri dikenal sejak lama sebagai BUMN yang memiliki fokus menyiapkan talenta muda berkualitas sebagai bentuk regenerasi. Para talenta muda kerap mendapat dorongan dari BRI untuk meningkatkan kualitas dengan mendapat fasilitas pendidikan atau beasiswa agar dapat mengenyam pendidikan di berbagai universitas kelas dunia. (*)
Editor: Rezkiana Np