Jakarta – Memasuki usia satu tahunnya beroperasi, startup akuakultur Indonesia (aquatech startup) DELOS, telah memiliki beberapa pencapaian dalam target tahunannya. Perusahaan terus mengejar ambisi menjadikan Indonesia sebagai produsen udang terbesar di dunia.
CEO DELOS, Guntur Mallarangeng mengatakan, bahwa pihaknya terus memanfaatkan peluang agar Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia dengan garis pantai sepanjang 95 ribu km dapat memiliki komoditi ekspor udang yang besar. Bahkan, mampu menjadi yang terbesar di dunia, jika 75% dari total keseluruhan tambak di Indonesia dapat berkontribusi lebih dari 10% kuantitas ekspor.
“DELOS ingin menjadi pemimpin Revolusi Biru serta membekali para petambak dengan teknologi berbasis sains dan manajemen operasional. Perjalanan sebagai pemimpin revolusi biru akuakultur Indonesia akan terus berlangsung dan komitmen membantu serta mendukung para petambak meningkatkan produktivitas panen mereka,” ujarnya dikutip 24 September 2022.
Dalam pencapaiannya, usai meraih pendanaan tahap awal dari sejumlah investor seperti MDI Ventures dimana ada Arise Fund (co-invest dengan Finch Capital) dan Centauri Fund (co-invest dengan KB Financial Group), serta Alpha JWC, kini DELOS meluncurkan aplikasi AquaHero yang menjadi gabungan antara sains, teknologi, dan manajemen operasional untuk memudahkan petambak memonitoring dan meningkatkan produktivitas tambak udang mereka berdasarkan data.
“AquaHero menggunakan metode pengumpulan data modern dan metode sains mutakhir untuk memperkirakan treatment yang dibutuhkan sekaligus untuk meminimalisir risiko dalam budi daya udang. Sistem ini telah diimplementasikan pada tambak-tambak udang yang tergabung dalam ekosistem DELOS,” tambahnya.
Setelah satu tahun beroperasi, DELOS telah berhasil mengelola ratusan hektar area tambak udang intensif dan super-intensif yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun, tentunya masih banyak hektar area tambak lain di seluruh Indonesia yang memerlukan sentuhan DELOS. Dari keseluruhan tambak yang telah dikelola, DELOS berhasil meningkatkan produktivitas hasil panen hingga 2x lipat dari sebelumnya.
“Sekaligus berhasil mencegah penyakit dengan tes kualitas air yang rutin dilakukan setiap hari. Sementara dari segi profitabilitas, tim manajemen selalu memantau biaya operasional tambak, sehingga modal budi daya udang yang dikeluarkan menjadi lebih efisien,” ucap Guntur.
DELOS juga memiliki sebuah program pelatihan akuakultur yang berfokus pada kualitas SDM yang berkelanjutan di masa mendatang, yakni DELOS Maritim Institut (DMI). Program ini telah merampungkan angkatan studi pertamanya. Di Oktober mendatang, DMI tahap kedua membuka seleksi untuk peserta didik angkatan kedua yang tidak hanya menyasar mahasiswa semester akhir dan lulusan baru, namun juga mengajak anak kolam dan anak nelayan untuk berpartisipasi sebagai peserta.
“DELOS ingin memfasilitasi anak-anak bangsa yang ingin belajar langsung di bidang akuakultur, khususnya budi daya udang. Mewujudkan mimpi menjadikan Indonesia sebagai pemain utama ekspor udang dunia memang tidak mudah. Namun, dengan potensi alam dan sumber daya manusia yang dikelola dengan baik, DELOS percaya mimpi ini akan segera tergapai,” tutup Guntur. (*)