Jakarta – Dari 27 bank pembangunan daerah (BPD), baru dua bank yang memiliki asetnya di atas Rp100 triliun. Satu, Bank Jawa Barat Banten (BJB) yang asetnya sebesar Rp177,69 triliun per Juni 2023. Dua, Bank Jawa Timur (Jatim) yang asetnya Rp103 triliun.
Kedua BPD ini masuk dalam liga utama bank beraset di atas Rp100 triliun yang diisi 21 pemain. Sedangkan Bank DKI yang hidup di pusat keuangan Jakarta, asetnya baru Rp82 triliun. Seimbang dengan Bank Jawa Tengah yang beraset Rp81,95 triliun.
Baik Bank BJB maupun Bank Jatim, keduanya punya ambisi. Sejak dipimpin oleh Yuddy Renaldi pada 2019, Bank BJB ingin menempatkan dirinya sebagai pemain nasional yang disejajarkan dengan bank-bank papan atas. Asetnya terus membesar dan jaringan kantornya pun sudah tersebar di 15 Provinsi. Targetnya ingin memasukkan Bank BJB dalam jajaran 10 bank terbesar. Saat ini posisi Bank BJB masih dalam peringkat ke-13 dari sisi aset.
Jaringannya sudah terbesar di 14 provinsi, termasuk “mengambil” Bank Bengkulu dalam kegiatan usaha bank (KUB). Saat ini sedang proses Bank Maluku Malut dan Bank Sultra. Maka dengan tiga BPD yang masuk dalam KUB, maka aset Bank BJB bakal membesar dan berpotensi naik satu peringkat dengan menyalip Bank BTPN pada 2024.
Sedangkan Bank Jatim, ambisinya adalah menjadi BPD terbesar yang saat ini diduduki Bank BJB. Transformasi di Bank Jatim sedang dijalankan. Gaung percepatan bahkan dimulai oleh Kofifah Indar Parwansa, Gubernur Jatim selaku pemegang saham pengendali, yang mengundang sederet bankir dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk menjadi pengurus Bank Jatim. Padahal, sebelumnya sudah menjadi tradisi kursi direktur utama Bank Jatim selalu diisi kader dari dalam. Sejak 2021, Kofifah menunjuk Busrul Iman menjadi nahkoda Bank Jatim.
Tak tanggung-tanggung, Khofifah mengundang bankir kaliber Suprajarto untuk menduduki kursi Komut sejak Maret 2022. Suprajarto pernah menjadi direktur utama BRI yang waktu itu masih menjadi bank dengan aset terbesar di Tanah Air. Boleh dikata, Bank Jatim saat ini adalah miniaturnya BRI. Dari tujuh anggota direksi, enam diantaranya berasal dari BRI. Dan dari lima anggota komisaris, duanya berasal dari BRI.
Sedangkan Bank BJB lebih menyimpan “energy” Bank Mandiri, rival utama BRI dalam perebutan market share di perbankan tanah air. Selama ini, bankir Bank Mandiri maupun BRI BRI berlomba menjaga “marwah” banknya sebagai bank paling hebat dan alumninya banyak direkrut bank-bank lain. Saat ini, BRI masih memegang “mahkota” sebagai bank dengan laba terbesar di Tanah Air. Sedangkan Bank Mandiri yang sempat disalip BRI kini tercatat sebagai bank dengan aset terbesar.
Sang komandan Bank BJB, Yuddy Renaldi adalah bankir jebolan Bank Mandiri yang merintis karier di Bapindo, bank yang melebur menjadi Bank Mandiri. Sedangkan kursi komisaris utama diduduki oleh Farid Rahman, bankir kawakan yang pernah memimpin Bank Saudara.
Seperti apa sumber daya ekonomi yang dimiliki Bank Jatim hingga berani menantang Bank BJB? Mengapa aktivitas pemasaran dan promosi Bank Jatim tampak kalah agresif dibanding Bank BJB? Apa saja langkah Bank BJB untuk menjadi pemain nasional yang disegani? Baca selengkapnya di Majalah Infobankk Nomor 547 November 2023! (*) Karnoto Mohamad