Jakarta – Perekonomian global nampaknya akan semakin parah dalam beberapa waktu ke depan. Kondisi itu disebabkan oleh kebijakan tarif impor yang diberlakukan pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump.
Chief Executive Officer (CEO) BlackRock, Larry Fink menyatakan bahwa pasar saham berpotensi anjlok 20 persen karena tarif impor AS memicu keyakinan di tengah investor bahwa ekonomi AS akan terkontraksi.
“Sebagian besar CEO yang saya ajak bicara mengatakan bahwa kita barangkali telah berada dalam resesi saat ini,” ujar Fink pada acara Economic Club of New York, sebagaimana dikutip Reuters, Selasa, 8 April 2025.
Baca juga: Begini Gerak Saham Perbankan usai IHSG Ambles dan Trading Halt
Tarif impor bakal memicu kenaikan harga-harga, yang pada akhirnya memperparah tingkat inflasi. Meskipun begitu, CEO salah satu perusahaan investasi dengan aset kelolaan terbesar di dunia itu menjelaskan jika pelemahan pasar saham sejak pengumuman tarif impor pada Rabu adalah peluang bagi investor dalam membeli saham untuk jangka panjang yang minim risiko.
“Itu bukan berarti kita tak bisa jatuh 20 persen dari nilai yang sekarang,” tegasnya kembali.
Fink sendiri adalah salah satu eksekutif Wall Street pertama yang merilis pernyataannya ke publik soal pelemahan pasar saham pasca Donald Trump mengumumkan penetapan tarif dagang terbaru minggu lalu.
Trump bahkan mengancam akan menerapkan tarif impor kembali sebesar 50 persen untuk barang impor dari China. Ancaman ini sontak membuat indeks saham S&P 500 anjlok 20 persen dari posisi tertingginya di Februari.
Menurut Fink, anjloknya pasar saham akan memperburuk kondisi ekonomi masyarakat kelas menengah, yang mana bakal memengaruhi tingkat pengeluaran mereka.
“Realitanya, 62 persen warga Amerika saat ini berinvestasi di ekuitas. Dampak pasar bakal berimbas pada Main Street,” beber Fink.
“Guncangan yang ada semakin mematikan tingkat konsumsi. Kita akan melihat hal itu terjadi sangat cepat,” imbuhnya.
Pemerintahan Trump dapat mengimbangi melambatnya konsumsi dengan berfokus pada deregulasi dan kebijakan pro-pertumbuhan, kata Fink, dengan menyebutkan potensi merger di antara bank-bank besar.
Fink mengatakan tidak melihat peluang Federal Reserve akan memangkas suku bunga empat atau lima kali tahun ini mengingat prospek inflasi. Ia pun mengkhawatirkan AS dapat kehilangan tempatnya sebagai pasar modal terkemuka.
Baca juga: Breaking News! IHSG Dibuka Ambles 9,19 Persen, BEI Lakukan Trading Halt
Di samping itu, ia turut membeberkan peninjauan regulasi atas kesepakatan BlackRock dengan CK Hutchison yang berkantor pusat di Hong Kong untuk mengendalikan pelabuhan-pelabuhan penting di dekat Terusan Panama dapat memakan waktu sembilan bulan lagi.
Dengan mengatakan kesepakatan tersebut didorong oleh kepentingan komersial daripada pertimbangan geopolitik, Fink membahas transaksi tersebut dengan para pembuat kebijakan AS dan optimis kesepakatan tersebut akan disetujui.
Ketika ditanya tentang suksesi di BlackRock, Fink mengatakan bahwa dirinya siap untuk mengundurkan diri dan mempertahankan perannya sebagai ketua untuk waktu yang singkat ketika generasi pemimpin berikutnya sudah siap.
“Mereka pikir mereka belum siap,” katanya. (*) Steven Widjaja